Suara Sumbang DPR Soal Pesawat RI1

Presiden Yudhoyono dalam pesawat menuju AS
Sumber :
  • ANTV/Uni Z Lubis

VIVAnews - Sebentar lagi, pembelian pesawat kepresidenan direalisasikan. Menteri Keuangan Agus Martowardoyo menyatakan pemerintah telah menyiapkan down payment pembelian, dan disetujui DPR sebesar Rp200 miliar dalam APBN 2011. Namun, rupanya masih ada suara penolakan rencana tersebut di Senayan.

"Sebaiknya ditunda. Mengingat belum ada kebutuhan mendesak dan kondisi ekonomi masyarakat yang masih sangat memprihatinkan," kata anggota Komisi III DPR Bambang Soesatyo di DPR, Senin 13 Juni 2011.

Menurut dia, keputusan membeli pesawat kepresidenan saat ini tak akan membuat anggaran perjalanan Presiden menjadi lebih efisien. "Sebaliknya, anggaran untuk itu bisa saja membengkak karena kehadiran pesawat dimaksud otomatis menimbulkan konsekuensi pembiayaan yang tidak kecil," ujarnya.

Menurutnya, belum ada urgensinya sama sekali pengadaan pesawat kepresidenan sekarang ini. Kalau DPR menunda pembangunan gedung baru, kata dia, presiden pun sebaiknya menunda pembelian pesawat kepresidenan itu. "Biar sama," ujarnya. "Bukankah Presiden sendiri yang mengatakan agar lembaga negara lakukan langkah efisiensi dengan mengenyampingkan kebutuhan yang tidak mendesak yang tidak menjadi prioritas."

Bambang mengkalkulasi, biaya perjalanan presiden tidak otomatis menjadi lebih efisien karena adanya pesawat itu. Kalau dengan sewa pesawat menghabiskan anggaran sampai Rp900 miliar per tahun, anggaran sebesar ini tidak otomatis bisa menurun hanya dengan membeli pesawat seharga Rp 500 miliar lebih.

"Para pembantu presiden jangan menyederhanakan masalah," ujarnya.

Menurut dia, begitu pesawat itu di datangkan, tetap saja ada konsekuensi biaya reguler yang tidak kecil. Pertama, kantor presiden harus membentuk unit kerja baru untuk mengelola dan merawat pesawat itu. Kemudian dibutuhkan hanggar dengan segala tetek bengeknya, Lalu harus ada pilot dan kru khusus untuk pesawat itu. Setiap kali bepergian, kantor kepresidenan pun harus beli avtur.

Bambang menilai, banyak cara yang bisa ditempuh untuk menekan biaya perjalanan presiden. Misalnya, kebiasaan membawa rombongan besar tidak diteruskan lagi. "Sehingga negara tidak perlu merogoh kocek Rp900 miliar untuk lima tahun hanya untuk membiayai perjalanan presiden," ujarnya.

Senada, Wakil Ketua DPR Pramono Anung mempertanyakan urgensi pembelian pesawat kepresidenan saat ini. Dia menyadari, Indonesia negara besar perlu ada simbol kebanggaan kepala negara memiliki pesawat. "Tapi, jadi pertanyaan besar ketika kondisi masyarakat kurang mnggembirakan, apakah pembelian ini penting," katanya.

Menurutnya, Perdana Menteri Singapura selalu menggunakan pesawat komersial dan dilabeli pesawat kenegaraan. Dia menyarankan, presiden bisa meniru hal itu. "Yang penting, di luar Garuda di tulis RI 1, toh lebih murah," katanya.

Menurut dia, persetujuan DPR diberikan periode sebelumnya. Sehingga, tidak bisa otomatis di carry out ke periode sekarang. Tapi, Menkeu menyatakan tinggal DP? "Alasan bisa dibuat-buat," ujarnya.

Sukses Jalani Misi Kemanusiaan di Gaza, 27 Prajurit Pemberani Dapat Penghargaan dari Panglima TNI
Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong

Shin Tae-yong Tak Mau Dibohongi dan Jomplangnya Pemain Korea dengan Indonesia

Shin Tae-yong berbagi cerita pengalamannya membesut Timnas Indonesia. Sejak mengemban kepercayaan pada akhir 2019 hingga sekarang, dia dianggap sukses lakukan perubahan.

img_title
VIVA.co.id
12 April 2024