- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVAnews - Terdakwa kasus suap cek pelawat pemilihan Deputi Senior Bank Indonesia, Panda Nababan, mengkritik Komisi Pemberantasan Korupsi dalam penetapan Nunun Nurbaetie sebagai tersangka saat menggelar Rapat dengan pendapat di Gedung DPR.
Menurutnya, status Nunun sebagai tersangka sengaja disembunyikan KPK sejak Februari lalu dan baru diungkap didepan DPR pada 23 Maret 2011.
"Pentasnya lebih tepat. Dieksposenya di Komisi III, kebetulan suaminya ada di sana, suaminya Nunun Nurbaeti, Anggota Komisi III (Adang Daradjatun)," Kata Panda saat membacakan Pleidoi di pengadilan Tipikor Jakarta, Rabu, 15 Juni 2011.
Panda menuding, KPK sengaja mencari momentum di DPR untuk memojokkan suami Nunun, Adang Daradjatun. Menurut dia, secara emosi tentu Adang sangat terpojokkan dengan rekayasa-rekayasa oleh KPK.
"Saya baru bisa memahami bagaimana suaminya, Adang Daradjatun, emosi menghadapi kasarnya rekayasa-rekayasa seperti itu," ujarnya.
Politikus PDIP itu juga kembali mempersoalkan Jaksa yang mendakwanya dengan menggunakan Pasal 5 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang berkenaan dengan suap-menyuap. Selain itu, Jaksa juga memakai Pasal 11 dari Undang-undang yang sama untuk gratifikasi dan untuk kedua pasal tersebut digunakan Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP yang menekankan 'bersama-sama'.
"Dari awal, saya sudah mencurigai penggunaan Pasal 5 itu semata-mata hanya legitimasi untuk menangkap dan memenjarakan," kata Panda.
Kalau hanya Pasal 11 untuk gratifikasi dipakai, lanjut Panda, mereka akan mendapat cemoohan dari masyarakat. Tetapi, kalau dapat dengan menggunakan Pasal 5, masyarakat yang mengerti atau tidak mengerti akan melihat sepertinya mereka gagah perkasa.
"Judulnya kasus suap! Kasus korupsi! Siapa penyuapnya, tak penting! Dari mana uang suapnya, tak penting! Apa yang digratifikasikan, tak penting! Apakah uang negara atau uang APBN, tak penting juga," tegasnya.
5 Artis Cantik Warisi Darah Biru, dari Sumedang Larang hingga Mangkunegaran
Banyak selebriti Indonesia memiliki latar belakang keturunan bangsawan atau keturunan dari keluarga kerajaan. Para keturunan ini kerap disebut sebagai pewaris darah biru.
