- AP Photo/Mark Lennihan
VIVAnews - Bank Dunia mencatat kelas menengah Indonesia tumbuh tujuh juta jiwa per tahun. Kenaikan kelas menengah ini turut memicu bertumbuhan perekonomian dalam negeri.
Sebab menurut Anton Gunawan, Kepala Ekonom Bank Danamon, kelas menengah banyak membelanjakan uangnya untuk pembelian kendaraan bermotor, barang-barang elektronik, dan produk finansial.
"Ini terlihat dari pertumbuhan permintaan barang-barang konsumsi kita yang cukup bagus dan diperkirakan bisa bertahan lama, seiring meningkatnya kelas menengah Indonesia," tuturnya saat dihubungi VIVAnews.com di Jakarta, Jumat 17 Juni 2011.
Anton menambahkan, selain mengalir ke barang-barang konsumsi, uang kelas menengah juga menyasar ke sektor pendidikan. Saat ini, kalangan menengah berani menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah-sekolah favorit atau ternama. "Lihat saja, meski sekolah dasar negeri menawarkan biaya gratis, mereka malah memilih sekolah swasta," ujarnya.
Di luar itu semua, menurut Anton, peningkatan jumlah kelas menengah Indonesia juga memberikan sentimen positif terhadap kesadaran politik masyarakat. "Dulu, orang dengan mudah diiming-imingi uang untuk memberikan pendapatnya karena mereka miskin. Tapi, sekarang tidak lagi," tuturnya.
Sementara itu, Berdasarkan data Bank Dunia, pada 2003 jumlah kelas menengah sekitar 81 juta jiwa atau 37,7 persen. Sedangkan pada 2010 kelompok ini meningkat menjadi 131 juta jiwa atau 56,5 persen.
Pada periode itu setiap tahun sekitar 7 juta jiwa penduduk meningkat dari kelas penghasilan rendah ke penghasilan menengah. Peningkatan di kelas menengah didominasi oleh mereka yang berada di tingkat pengeluaran US$2-6 per hari. (umi)