Pengusaha Dukung Rencana Harga Elpiji Naik

Sofjan Wanandi
Sumber :
  • VIVAnews/Mohamad Teguh

VIVAnews - Asosiasi Pengusaha Indonesia tidak keberatan dengan keputusan PT Pertamina bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral  menaikkan harga gas elpiji 50 kilogram sebesar 10 persen.   

"Kita tidak keberatan bila harga elpiji 50 kg naik. Begitu pula, untuk harga elpiji 12 kg," kata Sofjan Wanandi, Ketua Umum Apindo saat dihubungi VIVAnews.com di Jakarta.

Sebab, menurut Sofjan, bila pemerintah masih terus mensubsidi harga jual gas elpiji 12 maupun 50 kg, dana negara untuk membangun akan habis untuk mensubsidi orang atau pihak yang mampu.

"Kita tahu kan, elpiji 12 atau 50 kg itu kan konsumennya di antaranya pemilik rumah mewah, pelaku usaha restoran, hotel, dan usaha komersil lainnya," tuturnya.

Untuk itu, Sofjan mengaku sebagai pengusaha mendukung dinaikkannya harga jual elpiji 50 kg untuk industri. "Untuk yang 12 kg juga tidak keberatan, kalau tujuannya agar subsidi yang diberikan selama ini dialihkan untuk pembangunan di sektor lain," kata dia.

Dewas KPK Gelar Sidang Etik Nurul Ghufron 2 Mei terkait Dugaan Penyalahgunaan Wewenang

Apalagi, dia menambahkan, bila kenaikan harga tersebut mengikuti peningkatan harga jual gas di dunia, seiring harga minyak mentah dunia yang cenderung naik.

Direksi Pertamina bersama Kementerian ESDM memutuskan menaikkan harga elpiji 50 kg sebesar 10 persen dari harga saat ini. "Kenaikan berlaku pekan depan," kata Vice President Corporate Communication Pertamina, Mochamad Harun, pekan lalu.

Alasan kenaikan tersebut, menurut Harun, karena keinginan Pertamina menambah pasokan gas alam cair bagi Industri. Selain itu, kenaikan tersebut akibat Pertamina merugi hingga Rp1 triliun pada kuartal pertama dalam penjualan elpiji non subsidi. "Kami ingin berbagi beban dengan industri," ujarnya.

Harun menambahkan, kenaikan harga elpiji itu dapat menurunkan kerugian Pertamina sebesar Rp2,5 triliun menjadi Rp1,1 triliun.

Sementara itu, stok elpiji bersubsidi saat ini tercatat 3,5 juta metrik ton dan non subsidi (12 kg dan 50 kg) hanya 900 ribu metrik ton. "Padahal, potensi kebutuhannya bisa mencapai 1,2 juta metrik ton," ungkap Harun.

Namun, untuk harga elpiji 12 kg, menurut Harun, Kementerian ESDM tidak mengizinkan dinaikkan. Jika dinaikkan, dia memperkirakan kenaikannya setelah Hari Raya Idul Fitri.

Seperti diketahui, saat ini Pertamina menjual elpiji 50 kg dengan harga Rp7.355 per kg, padahal harga keekonomian elpiji mencapai kisaran Rp8.500-9.000 per kg. Selisih harga itulah yang ditanggung Pertamina sebagai kerugian.

Selama ini, elpiji 50 kg dan bulk banyak digunakan industri sektor usaha kecil menengah (UKM), maupun pelanggan komersial seperti hotel, restoran, rumah sakit, maupun rumah mewah. (umi)

Neta L

Neta Pamer Mobil SUV Baru Rp200 Jutaan

Neta, pabrikan mobil listrik asal China, memperkenalkan empat model Neta L di pasar domestiknya. SUV berdesain modern ini menarik perhatian dengan teknologi canggih dan j

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024