- VIVAnews/ Muhamad Solihin
VIVAnews -- Ledakan yang diduga bom di Pondok Pesantren Umar Bin Khatab Kecamatan Bolo Bima menewaskan ustaz Suryanto Abdullah alias Firdaus warga Dompu, Senin 11 Juli 2011.
Peristiwa itu mengejutkan masyarakat NTB khususnya warga Bima, Nusa Tenggara Barat. Situasi yang menegangkan pun masih menyelimuti masyarakat Desa Sanolo, Sila Bima. Sedikitnya 200 aparat kepolisian yang terdiri dari Dalmas, Brigade Mobil Polda NTB dan pasukan anti teror serta penjinak bom masih mengawasi Pondok Pesantren Umar Bin Khatab tersebut. Bahkan kepolisian Polda Bali pun ikut mengamankan wilayahnya.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nusa Tenggara Barat (NTB), Syaiful Muslim mengatakan stigma radikal terhadap pondok pesantren perlu ditepis. Lagipula tidak semua pondok pesantren di NTB mengajarkan radikalisme. "Umumnya pondok pesantren itu tidak ada yang mengajarkan radikalisme. Namun akhir-akhir ini ada pondok pesantren yang secara khusus mengajarkan itu," kata Syaiful Muslim kepada wartawan di Mataram, Rabu 13 Juli 2011.
Dia menyayangkan stigma radikalisme terhadap santri dan pondok pesantren itu muncul ke permukaan. Menurutnya stigma itu dapat menjadi bias sehingga seolah-olah semua pondok pesantren itu mengajarkan radikalisme dan kekerasan.
Radikalisme di Nusa Tenggara Barat, lanjut Muslim, hanya ada pada tataran pemikiran saja. Artinya tidak sampai pada tindakan yang merugikan orang lain seperti teror, merusak dan membunuh.
Maka itu dia mengimbau agar masyarakat tidak terburu-buru menstigmakan santri dan pondok pesantren sebagai basis teror. Meskipun belakangan disebut bahwa salah satu pondok pesantren di Bima dikaitkan dengan pondok pesantren pimpinan Abu Bakar Ba'asyir di Solo.
Stigma itu, menurutnya, dapat berpengaruh terhadap stabilitas keamanan di NTB. Lagipula NTB terutama di Lombok terkenal dengan seribu masjid dengan jumlah pondok pesantren yang cukup banyak. "Perlu ada pencerahan kepada masyarakat bahwa tidak seperti itu pendidikan yang ada di Pondok Pesantren. Karena selama ini Pondok Pesantren di NTB nggak ada yang mengajarkan radikalisme,"ujarnya.
Terkait dengan itu MUI NTB mengimbau masyarakat tidak terpengaruh dengan pondok pesantren Umar Bin Khatab di Bima. Menurutnya hingga saat ini baru satu Pondok Pesantren di Bima yang dinilai mengajarkan radikalisme pada santrinya.
Laporan: Edy Gustan|Mataram