- wired.com
VIVAnews - Teknologi di dunia telekomunikasi berkembang sangat pesat. Namun demikian, pesatnya perkembangan itu tidak lepas dari kebutuhan masyarakat pengguna telekomunikasi itu sendiri.
Menurut Pratignyo Arif Budiman, General Manager Strategic Technology Planning Telkomsel, tren yang terjadi adalah, pengguna telekomunikasi semakin membutuhkan akses data, dibanding layanan voice ataupun SMS. Di layanan data sendiri, kebutuhan akan akses berkecepatan tinggi juga terus meningkat namun pengguna minta peningkatan itu juga diimbangi dengan tarif yang masuk akal.
Sayangnya, dengan teknologi yang tersedia saat ini, sulit bagi operator penyedia layanan telekomunikasi menggelar layanan tersebut.
"Sebagai informasi, dengan beralih ke LTE, operator dapat meminimalisir jumlah komponen dalam jaringan sehingga menurunkan biaya implementasi. Biaya royalti LTE juga lebih rendah dibanding 3G," kata Pratignyo di Shanghai, 19 Juli 2011.
Saat menggunakan bandwidth dan model trafik jaringan yang sama, kata Pratignyo, LTE juga 4 kali lebih efisien.
Ini berarti, pengguna bisa mendapatkan layanan data dengan kualitas yang lebih baik. Sementara dari sisi operator, biaya operasional jaringan juga jauh lebih efisien.
Namun demikian, kata Pratignyo, mengimplementasikan teknologi LTE di Indonesia sendiri bukannya tanpa hambatan.
"Biaya penggelaran layanan data broadband masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan pendapatan rata-rata penduduk," kata Pratignyo. "Belum lagi masalah banyaknya operator yang membuat penggunaan spektrum frekuensi menjadi terpecah-pecah," ucapnya.
Namun demikian, Pratignyo menyebutkan, ia optimis pada tahun 2013 mendatang, kebutuhan akan jaringan LTE sudah akan mendesak.
Terpopuler: Beda Sikap Ria Ricis-Teuku Ryan Perlakukan Orang Tua, Mooryati Soedibyo Meninggal Dunia
Berikut deretan 4 rangkuman artikel terpopuler kanal Showbiz VIVA.co.id dalam Round Up sepanjang edisi Rabu 24 April 2024.
