Safir Senduk

"Kelas Menengah, Pencipta Ide Baru Bisnis"

Safir Senduk
Sumber :
  • www.perencanakeuangan.com

VIVAnews - Perekonomian Indonesia terus menunjukkan kinerja yang membaik. Hal itu terlihat dari pencapaian ekonomi Indonesia sebagai salah satu negara Asia yang mengalami pertumbuhan ekonomi positif, setelah China.

Banyak pengamat serta hasil penelitian lembaga keuangan dunia menyatakan kekuatan ekonomi Indonesia selama beberapa tahun terakhir bertumpu pada pasar domestik yang sangat besar. Dengan jumlah penduduk lebih dari 230 juta orang, Indonesia memang menarik minat dari perusahaan asing untuk bisa menumpang mencari untung.

Satu lagi faktor yang menyebabkan perekonomian Indonesia positif dan kini muncul sebagai fenomena baru, adalah kemunculan kelas menengah. Kelompok masyarakat yang baru menanjak level sejahtera ini dianggap berkontribusi besar pada tingkat konsumsi masyarakat Indonesia.

Di pihak lain, keberadaan kelas menengah juga bisa dianggap sebagai jurang bagi perekonomian sebuah negara. Bahkan, masyarakat kelas ini dianggap sebagai pihak yang memperoleh keuntungan besar dari pemberian subsidi bahan bakar minyak (BBM).

Untuk mengupas lebih jauh mengenai kelas menengah, VIVAnews.com berkesempatan mewawancarai pengelola keuangan, Safir Senduk di sela acara Indonesia Financial Expo & Forum 2011 beberapa waktu lalu.

Bagi Safir, kelas menengah adalah strata dalam masyarakat yang lebih banyak menghabiskan uang untuk barang konsumtif tanpa mengalokasikan dana untuk investasi.

Safir juga menilai, pertambahan kelas menengah di sebuah negara biasanya dikarenakan penduduk di negara tersebut sudah semakin kreatif , salah satunya kreatif dalam berbisnis.
 
Berikut ini kutipan wawancara VIVAnews.com dengan Safir Senduk:

Bagaimana profil kelas menengah?
Dalam menyikapi atau memberikan sebuah kelas pada masyarakat setiap badan atau setiap orang menggunakan ukuran yang berbeda-beda. Kalau pemerintah atau Bank Dunia (World Bank) mendefinisikan kelas menengah berdasarkan besarnya penghasilan. Terkadang terjadi ketidakadilan ketika World Bank menggunakan ukuran penghasilan berdasarkan dolar AS  sementara di sisi lain kurs rupiah terhadap dolar AS naik turun.

Jadi kalau kurs rupiah menguat berati kita yang untung karena orang yang tadinya di kelas miskin akan masuk ke kelas menengah karena rupiah menguat dan dolar melemah. Dan sebaliknya, jika dolar AS mahal dan rupiah melemah, yang tadinya masuk kelas menengah jadi masuk kelas miskin.

Sebagai perencana keuangan saya memiliki ukuran yang berbeda untuk orang yang disebut kelas menengah.

Jadi kelas menengah ialah orang yang penghasilannya digunakan untuk dua hal antara lain untuk membeli barang konsumtif dan untuk dihabiskan, tidak ada yang untuk diinvestasikan.

Sementara itu, kelas kaya adalah yang penghasilannya digunakan untuk tiga hal antara lain untuk dihabiskan, untuk membeli barang konsumtif, dan untuk diinvestasikan.

Kelas miskin adalah yang seberapun penghasilan mereka langsung habis, tidak ada untuk membeli barang konsumtif dan tidak ada yang untuk diinvestasikan.

World Bank mencatat kenaikan kelas menengah naik 7 juta orang pertahun. Bagaimana Anda melihat perkembangan kelas menengah di Indonesia?
Kalau menurut besarnya penghasilan saya tidak memiliki data mengenai kelas menengah di Indonesia.

Namun secara kasat mata kita dapat melihat bahwa semakin berkembang suatu negara biasanya orang makin kreatif. Salah satunya dia makin kreatif dalam berbisnis. Ketika makin kreatif dalam berbisnis, logikanya makin banyak, juga orang yang memiliki penghasilan lebih besar dari sebelumnya, di luar faktor inflasi.

Prediksi Serie A: Lazio vs Juventus

Jika kita melibatkan faktor inflasi pasti yang namanya penghasilan meningkat itu pasti, tapi ini di luar faktor itu.

Saya percaya dalam beberapa tahun ke depan orang Indonesia makin dan ada saja bisnis-bisnis baru bermuculan sehingga kalangan kelas menengah jika diukur dari besaran penghasilan akan makin banyak.

Seberapa besar kelas menengah ini akan berpengaruh pada perekonomian Indonesia?
Jawabannya adalah sangat besar. Semakin banyak orang memiliki uang maka akan semakin banyak orang tersebut berbelanja. Dan jika orang tersebut memiliki penghasilan yang sangat banyak dari bisnisnya maka dia akan semakin banyak juga membeli barang yang bukan saja barang-barang yang mereka butuhkan tetapi juga barang yang dia inginkan.

Di sisi lain berarti kualitas kelas menengah ini tidak kuat karena tergolong masyarakat yang konsumtif?
Jadi sebenarnya jawabannya adalah di negara manapun jika orang memiliki penghasilan bagus, konsumtif itu akan selalu ada. Artinya sebagai perencana keuangan saya hanya bisa bilang sebagai manusia biasa kita memiliki keinginan dan itu pasti. Yang harus dikontrol ialah keinginan itu sendiri. Jadi keinginan tersebut boleh saja dipenuhi asal dikontrol.

Permasalahannya apakah orang tersebut mau belajar mengenai edukasi perencanaan keuangan.

Efek domino dari kelas menengah ini?
Uang akan berpindah semakin cepat. Dan jika perpindahan uang semakin cepat ancamannya akan terjadi inflasi dalam jangka panjang.

Saya rasa 5 tahun ke depan akan mengancam inflasi. Tapi hal ini tergantung dari edukasi masyarakat untuk mengelola uangnya.

Biasanya pengeluaran kelas menengah ini dihabiskan untuk apa, dari segi apa mereka paling konsumtif?
Jawabannya ada empat, yaitu baju, elektronik, otomotif dan perabot. Dan kebanyakan orang Indonesia seringkali menginginkan untuk mendapat pengakuan dari orang sekitarnya bahwa dirinya makmur. Maka dari itu mereka 'jor-joran' di empat barang tersebut.

Misalnya dia butuh mobil kijang tetapi dia membeli jauh di atas mobil kijang karena ingin menunjukkan sesuatu kepada orang sekitarnya.

Jika mereka membeli buku atau ke acara seminar mikir sekali untuk mengeluarkan uang misalnya sebesar Rp100 ribu. Namun jika untuk membeli pelek mobil yang harganya jutaan rupiah, (mereka tak perlu berpikir). Di sini terlihat masih banyak orang Indonesia yang lebih memperhatikan penampilan luar daripada edukasi.

Perbandingan kelas menengah di Indonesia dengan negara lain?
Di beberapa negara lain seringkali tidak ada edukasi mengenai boros atau tidaknya. Bahkan orang yang belanjanya gila-gilaan itu seringkali sangat dihargai. Tetapi untuk orang yang tidak memiliki uang, jangan harap mereka bisa eksis di masyarakat.

Sebagai contoh Singapura, jika kita tidak ada uang jangan harap dapat eksis di sana, lebih baik keluar cepat dari Singapura.

Jika dibandingkan dengan negara lain maka saya dapat katakan seringkali banyak di antara mereka borosnya luar biasa. Seperti Singapura, Hong Kong mereka rata-rata lebih boros.

Positif negatifnya dari kelas menengah apa saja, lebih banyak positifnya atau negatifnya?
Tetap lebih banyak positifnya. Mereka sudah jelas menyumbang untuk perekonomian, tidak hanya untuk membeli kebutuhan tetapi juga keinginan.

Selanjutnya positifnya mereka (kelas menengah) cukup terdidik dan memiliki ide-ide bisnis baru. Negatifnya mereka seringkali boros.

Seberapa lama level kelas menengah ini bertahan atau akan cepat upgrade (naik tingkat)?
Cepat-cepat upgrade. Orang yang sudah kelas menengah pasti akan cepat-cepat upgrade dan itu pasti dalam 5 hingga 7 tahun ke depan. Tapi kalau orang yang di kelas miskin tidak semua akan cepat naik ke kelas menengah. (eh)

Harvey Moeis, suami dari artis Sandra Dewi ditetapkan sebagai tersangka korupsi

Suami Sandra Dewi Tersandung Korupsi Timah, Aiman Senang Kasusnya Disetop 

Kasus korupsi tata niaga timah yang menjerat suami Sandra Dewi, Harvey Moeis jadi sorotan, Wapres Ma'ruf Amin buka suara soal jemaah umrah WNI yang ditangkap di Saudi

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024