Rusuh Papua Akibat Berebut Dukungan Gerindra

Warga Papua demo KPU
Sumber :
  • VIVAnews/Tri Saputro

VIVAnews - Kerusuhan di Ilaga Puncak Papua selama 2 hari pada Sabtu dan Minggu, 30 dan 31 Juli 2011 yang menewaskan belasan orang dipicu proses tahapan Pilkada di kabupaten baru hasil pemecahan itu. Rusuh pecah akibat rekomendasi dari partai Gerindra muncul untuk dua pasangan calon bupati.

''Ada dua rekomendasi yang dikeluarkan partai Gerindra, yakni untuk pasangan calon bupati Elvis Tabuni-Yosia Tembak dan Simon Alom-Heri Kosnai. Inilah yang kemudian memicu terjadinya bentrok, karena saling klaim mengklaim,'' ujar anggota KPU Puncak, Herianus Pakage kepada wartawan di Jayapura, Senin 1 Agustus 2011.

Lanjutnya, KPUD Puncak, 24-30 Juli membuka pendaftaran pasangan calon bupati. Lalu kedua pasangan mendaftar. ''Awalnya, proses pendaftaran berjalan lancar, namun di akhir pendaftaran, bentrok kedua kubu terjadi,'' katanya.

Pasangan Elvis Tabuni-Yosia Tembak mendaftar pada 26 Juli dengan rekomendasi DPC Gerindra Puncak. Lantas, 30 Juli, giliran pasangan Simon Alom-Heri Kosnai yang mendaftar dengan membawa rekomendasi DPP Gerindra. Tapi, kubu Elvis tidak terima, sebaliknya juga demikian. bentrok antar dua kubu pun terjadi. Polisi lantas berupaya menghalau, tapi kedua massa tetap bentrok, hingga Polisi mengeluarkan tembakan dan mengenai 4 pengikut Simon Alom, dan tewas di tempat.

Tidak terima, Minggu 31 Juli kubu Simon Alom melakukan penyerangan dan sebanyak 14 pendukung Elvis Tabuni, tewas. ''Kedua kubu bentrok dengan menggunakan parang, tombak dan panah,'' ucapnya.

Sampai saat ini situasi Ilaga Puncak masih mencekam. ''Kami anggota KPU memutuskan turun ke Jayapura karena situasi masih tegang, sekaligus untuk berkoordinasi dengan KPU Provinsi apakah menunda proses Tahapan Pilkada atau melanjutkannya,'' kata dia.

semestinya, jika tidak ada kerusuhan, KPU akan melangsungkan tahapan verifikasi pasangan calon, Senin 1 Agustus. Herianus Pakage melanjutkan, bentrok itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan KPU, karena dualisme rekomendasi pasangan calo, adalah urusan internal partai. ''Kami hanya mengimbau, dualisme rekomendasi itu diselesaikan secara internal oleh partai," katanya.

Juru Bicara Polda Papua Kombes Wachyono mengatakan, pemicu terjadinya rusuh itu, adalah karena dua pasangan calon saling klaim direkomendasi oleh Partai Gerindra. ''Dua kubu saling klaim yang berhak atas rekomendasi partai, inilah pemicu bentrok,'' katanya.

Untuk menjaga situasi kondusif dan mengantisipasi jangan lagi ada bentrok susulan, tambahnya, Polda menambah 1 peleton Brimob di tambah 3 Perwira penyidik. Namun, hingga saat ini belum ada yang diperiksa. Ada rencana kedua kubu yakni pasangan ElvIs Tabuni dan Simon Alom akan diperiksa.

Direstui Surya Paloh untuk Maju Pilkada DKI 2024, Anies Baswedan Bilang Begini

Laporan Banjir Ambarita | Jayapura

Verrell Bramasta

Verrell Bramasta Pamer Momen Liburan ke Jepang, Boyong Ibunda Usai Lebaran

Tidak hanya itu, selama liburan Verrell Bramasta menunjukan sikap mandiri yang tidak ingin mengandalkan bantuan orang lain. Seperti, yang tertangkap kamera baru-baru ini.

img_title
VIVA.co.id
16 April 2024