Dana Stabilisisasi Pangan Baru Terserap 19%

Suswono dan Hatta Rajasa
Sumber :
  • Antara/ Sahrul Manda Tikupadang

VIVAnews - Pemerintah melaporkan dana stabilisasi pangan yang telah digunakan pemerintah mencapai Rp380 miliar atau 19 persen dari total anggaran yang disiapkan sebesar Rp2 triliun. Dana tersebut dipakai untuk bantuan petani yang mengalami puso atau gagal panen.

Kasus Uang Tutup Mulut Donald Trump Seret Nama Karen McDougal, Siapa Dia?

Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun 2011, pemerintah juga memperoleh tambahan anggaran stabilisasi pangan sebesar Rp600 miliar.

Menurut Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa, penambahan dana tersebut karena pemerintah masih memerlukan beberapa infrastruktur penunjang produksi pangan. Dana stabilisasi tersebut juga dapat digunakan sebagai dana program raskin --beras untuk masyarakat miskin-- bila diperlukan.

“Karena untuk alat pengering kami memerlukan 1.000 unit, baru 400 yang jalan. Paling tidak memerlukan 600 lagi untuk menghadapi musim hujan nanti,” ujar Hatta usai acara Rakor Ketahanan Pangan di kantornya, Jakarta, Rabu 3 Agustus 2011.

Hatta menerangkan, kebutuhan alat pendukung produksi tersebut sangat dibutuhkan petani menjelang musim hujan. Pemerintah khawatir jika petani tidak memiliki mesin pengering, yield produksi akan turun dan berujung pada kenaikan harga.

“Maka fasilitas produksi dan paska panen harus kita siapkan. Itu konteks stabilisasi. Karena memang Inpers itu dalam konteks stabilisasi dan antisipasi iklim,” tuturnya.

Hatta menambahkan, dana stabilisasi pangan ini tidak diperuntukan untuk subsidi langsung tunai. Namun, hal itu bisa dilakukan jika para petani mengalami gagal panen atau kerugian karena terserang hama.

“Kami menggunakan kalau puso atau ada hama. Itu kami bantu pakai dana stabilisasi,” tuturnya.

Selain sebagai dana bantuan infrastruktur, dana stabilisasi ini juga diperuntukkan sebagai dana raskin ke-13 yang rencananya akan dibagikan pemerintah pada Desember. Pada bulan tersebut, biasanya terjadi musim paceklik, sehingga produksi beras tidak terpenuhi.

“Raskin ke-13 memerlukan dana sekitar Rp1 triliun dengan volume 280 ribu ton,” jelasnya. (art)

Anthony Sinisuka Ginting melawan Viktor Axelsen di Thomas Cup

Sejarah Tercipta Thomas Cup dan Uber Cup, Sempat Tertunda Gegara Perang Dunia II

Thomas Cup dan Uber Cup merupakan salah satu kompetisi bulutangkis bergengsi di dunia dengan menggunakan sistem beregu putra dan putri.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024