Utusan AS: Beginilah Ramadan di Negeri Kami

Farah Anwar Pandith Utusan Khusus Untuk Masyarakat Muslim
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

VIVAnews - Umat Islam di seluruh dunia sedang menjalani ibadah puasa di bulan suci Ramadan. Di negara- dengan penduduk mayoritas beragama Islam, suasana Ramadan tentu sangat terasa. Lantas, bagaimana suasana Ramadan di negara dimana umat Muslim menjadi minoritas seperti di AS?

"Jumlah Muslim AS memang hanya sebesar satu atau dua persen dan berasal dari berbagai bangsa, namun dinamika Ramadan cukup terasa di AS," kata Farah Pandith, Utusan Khusus Menlu AS Untuk Masyarakat Muslim, di Pusat Kebudayaan Amerika pada Selasa 9 Agustus 2011. Hal ini, kata wanita yang juga beragama Islam ini, tak lepas dari adanya masjid di setiap negara bagian AS, serta adanya toleransi antar penduduk.

Setuju Pembatasan Impor Barang Jadi Elektronik

Saat disinggung mengenai perbedaan Ramadan di Indonesia dan AS,  Pandith mengatakan bahwa sebenarnya Ramadan di tiap negara hampir sama. "Muslim di AS sendiri juga sebenarnya majemuk. Jika Anda sholat di masjid, bisa saja ada orang Somalia di kiri Anda atau orang Turki di kanan Anda. Setiap negara memiliki kebiasaan sendiri, namun saya rasa, Muslim dimana-mana biasanya berbuka puasa dengan makan kurma," kata Pandith

Menurut Muslimah kelahiran India ini, AS dan Islam memiliki sejarah yang panjang. Contohnya saja, ada Presiden Thomas Jefferson dan Presiden John Quincy Adams yang pernah berbuka dengan duta besar Tunisia.  Presiden Dwight Eisenhower juga  memberikan sebidang tanah pada penduduk Muslim Washington DC yang mengeluh karena tidak memiliki masjid. Di atas tanah tersebut kini berdiri Islamic Center Washington DC.

Lebih lanjut, Pandith menjelaskan sifat undang-undang dasar AS yang menjamin kebebasan setiap warga negaranya, termasuk kebebasan menjalankan ajaran agama masing-masing. Hasilnya, AS menjadi negara paling bebas untuk menjalankan ajaran agama, walaupun negara dan agama adalah hal yang terpisah dalam pemerintahan.

Pernyataan ini diaminkan oleh Hunied Kautsar dan Egalita, dua pelajar SMA yang pernah mengikuti program pertukaran pelajar di AS selama setahun. Saat baru tiga minggu menginjakkan kaki di AS, mereka berdua sudah harus menjalankan ibadah puasa Ramadan. Meski demikian, keduanya mengaku tidak kesulitan menjalani Ramadan di AS.

"Keluarga asuh saya di Ohio tidak memeluk suatu agama tertentu, namun mereka sangat suportif. Ibu asuh saya bahkan mengeprint jadwal sholat supaya saya bisa sholat tepat waktu," cerita Egalita.

Bentuk dukungan lainnya adalah, keluarga asuhnya bahkan sampai membeli penanak nasi dan beras supaya Egalita bisa merasakan suasana berbuka seperti di Indonesia. Tak hanya itu, keluarga asuhnya yang sebenarnya sangat suka makan daging babi itu menunjukkan toleransinya dengan memasakkan masakan non babi supaya Egalita bisa makan.

Lebih Lama

Kisah Hunied tak kalah seru, karena ia ditempatkan di sebuah kota kecil di Pennsylvania, dimana ia menjadi satu-satunya Muslim. Menurutnya, hampir semua penduduk kota tersebut memiliki pengetahuan yang minim tentang Islam. "Saya jadi punya kesempatan menjelaskan tentang apa itu Islam dan apa itu Ramadan pada penduduk kota," katanya.

Respon dari penduduk kota pun sangat baik. Dan sama seperti yang terjadi di sekolah Egalita, sekolah Hunied juga memberinya jam khusus untuk dapat melaksanakan sholat. Bahkan saat Idul Fitri dan Idul Adha pun, mereka berdua memperoleh libur khusus sebagai satu-satunya murid beragama Islam.

Hunied dan Egalita mengaku, satu-satunya hal yang mengejutkan bagi mereka saat menjalankan puasa di AS adalah, mereka harus berpuasa lebih lama daripada ketika di Indonesia. "Saat kami datang ke AS, negaranya sedang musim panas sehingga matahari bersinar lebih lama. Jadi kami berbuka puasa pada pukul sembilan malam, berbeda dengan Indonesia yang setiap tahunnya sama, pukul enam sore," kata Hunied.

Komjak Soroti Penanganan Kasus Dugaan Korupsi Emas di Kejaksaan
Ilustrasi lokasi pembacokan.

Siswa SMP Dibacok dan Dibegal Saat Pulang Sekolah Sendirian

Seorang siswa SMP di Depok, Jawa Barat, menjadi korban begal. Korban dibacok di bagian punggung hingga luka sobek parah. Korban langsung dilarikan ke rumah sakit untuk me

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024