Menyiasati Tantangan Berpuasa di Jepang

Suasana buka puasa masyarakat Indonesia di Tokyo, Jepang
Sumber :
  • Dokumentasi KBRI Tokyo

VIVAnews - Bagi Dini Apliana, ibadah puasa di Jepang ini adalah kali ketiga bagi dirinya. Namun, Dini merasakan perbedaan saat menjalani puasa di tahun-tahun sebelumnya di Negeri Matahari Terbit itu.

"Dulu waktu mahasiswa saya sempat mengikuti program pertukaran di Nagoya dan sempat merasakan Ramadan pada 2003. Pada tahun 2006, saya mengikuti program magang untuk pegawai Kemlu yang baru di KBRI Tokyo dan datang pada waktu bulan Ramadan. Sekarang, saya baru datang bulan Mei yang lalu untuk penugasan selama kurang lebih 3 tahun ke depan," ujar Dini kepada VIVAnews.com.

Namun, baru kali kali ini dia berpuasa saat Jepang mengalami musim panas. Dulu saya merasakan puasa di Jepang tapi selalu musim dingin. Subuh jam 5, magrib jam 17. Puasa kali ini, Imsak jam 3 pagi dan Magrib jam 7 malam," ujar perempuan yang berkarir sebagai diplomat muda Indonesia di Jepang itu. 

Namun, Dini melanjutkan bahwa, menurut jadwal, mendekati akhir Ramadan lama kelamaan waktu Imsak akan lebih lambat, yaitu mengarah ke setengah empat pagi sementara jam magrib akan lebih cepat, yaitu mengarah ke pukul setengah tujuh malam.

Mengingat Ramadan berlangsung pada musim panas, masyarakat Indonesia di Jepang sudah bersiap-siap kepanasan di bulan suci ini. Pasalnya, bulan Juli lalu suhu sudah mencapai 30-32 derajat celcius di Tokyo dan biasanya akan terus naik, khususnya pada bulan Agustus ini.

Namun, karena perubahan cuaca dan sempat terjadinya taifun, cuaca berubah cukup drastis, menjadi hujan, mendung dengan suhu sekitar 24-30 derajat. "Jadi, selama minggu pertama Ramadhan di Tokyo ini dipastikan cuaca akan cukup bersahabat dalam artian suhu tidak terlalu gerah dan sinar matahari tidak terlalu panas. Namun, ada kemungkinan suhu di minggu-minggu berikutnya akan kembali panas lagi," ujar Dini, yang berstatus sebagai Sekretaris Ketiga Kedutaan Besar Republik Indonesia di Tokyo.  

Bonus

Menurut dia, sebagian dari masyarakat berpandangan bahwa suhu yang cukup sejuk ini adalah sedikit 'bonus' dari Allah "supaya kita tidak terlalu kaget untuk berpuasa di suhu yang panas sekali."

Setiap bulan Ramadan, KBRI Tokyo bekerja sama dengan Kelompok Masyarakat Islam Indonesia (KMII) Tokyo telah mengundang ustadz dari Indonesia bergantian selama seminggu hingga Ramadhan berakhir. Ustadz diundang untuk menjadi imam dalam shalat teraweh yang diselenggarakan di Balai Indonesia, Sekolah Republik Indonesia Tokyo (SRIT) di daerah Meguro.

Selain tarawih bersama, setiap dzuhur di KBRI, ustadz juga menyampaikan kultum dan tanya jawab dengan jamaah. Kegiatan lain yang dilakukan oleh masyarakat muslim Indonesia di Tokyo adalah kajian agama islam kemuslimahan untuk kaum muslimah yang diselenggarakan seminggu sekali setiap hari Jumat siang di SRIT. 

Selain itu, KMII juga menyelenggarakan acara Malam Bina Iman dan Takwa pada setiap akhir pekan dari pukul 00.00 hingga dilanjutkan dengan sahur bersama.

Dini mengaku menjalani Ramadan di negara asing tentu menimbulkan kerinduan akan keluarga, makanan dan suasana di tanah air. Ditambah lagi, suasana di tokyo yang tidak ada sentuhan Ramadan sedikit pun karena mereka tidak dekat dengan budaya Islam dan bahkan mungkin mereka tidak menyadari sekarang sedang bulan Ramadan.

"Restoran masih ramai, banyak orang makan di sekeliling, serta tidak ada lantunan adzan yang dinantikan atau lagu-lagu ramadhan di mal-mal," kata Dini.

Namun segala kerinduan akan tanah air itu diatasi dengan berkumpul bersama dengan sesama masyarakat Indonesia, buka bersama dengan masakan Indonesia seperti risol, bakso atau kolak, tentu dengan bahan-bahan seadanya yang bisa didapat di Tokyo. "Acara-acara semacam itu bisa sedikit mengobati kerinduan dengan suasana Ramadhan di tanah air," ujar Dini.

Bertemu Majelis Masyayikh, Menag Bahas Rekognisi Santri dan Ma’had Aly
Tangkapan layar viral video emak-emak di Makassar ngamuk ancam parang penagih utangnya.

Viral Aksi Emak-emak di Makassar Mengamuk Sambil Ancam Pakai Parang Penagih Utangnya

Beredar video viral di medsos, memperlihatkan seorang emak-emak di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, mengamuk sambil membawa parang. Emak-emak itu emosi ditagih hutangnya.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024