Tangani Nazar, KPK Jangan Lupakan Kasus Lain

Nazaruddin Tiba di KPK
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

VIVAnews - Komisi Pemberantasan Korupsi didesak tak tebang pilih dalam pemberantasan korupsi. Kalangan masyarakat sipil menyoroti KPK tampak mengedepankan kasus tertentu namun terlihat canggung memproses kasus yang terkait dengan oknum politisi dari partai penguasa.

Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti mengungkapkan, KPK cenderung tebang pilih dengan membiarkan kasus yang melibatkan politisi partai penguasa.  Dia mencontohkan, kasus yang diduga melibatkan petinggi Demokrat Max Sopacua dan Johnny Allen Marbun.

“Ada kasus Max, ada kasus Johny, kita berharap KPK tak berhenti untuk mengusut tuntas kasus-kasus itu. Janganlah tebang pilih, segera usut tuntas dan selesaikan semuanya,” kata Ray di Jakarta, Senin 15 Agustus 2011.

Ray mengingatkan, KPK tak boleh menutup mata pada tren penurunan tingkat kepercayaan masyarakat kepada KPK. Padahal, masyarakat sedang memiliki harapan berlebih pada lembaga itu menjadi garda terdepan pemberantas korupsi.

Menurutnya, tak seharusnya kasus Nazaruddin dijadikan alasan untuk melupakan kasus-kasus korupsi lainnya. "Seharusnya KPK merasa heran dengan politisi seperti Max Sopacua yang bisa membuat pernyataan publik soal kasus korupsi Nazaruddin, padahal dia sendiri diduga terlibat di dalam praktik yang sama,” kata Ray.

Penilaian Ray diamini sejumlah legislator. Wakil Ketua Komisi III DPR Fahri Hamzah mendesak KPK agar segera melaksanakan fungsinya memberantas kasus korupsi tanpa pandang bulu. "KPK itu saya harap kembali ke jalan yang benar, laksanakan saja undang-undang dengan benar,” katanya.

Fahri mengkritik KPK yang dianggapnya lebih mementingkan popularitas di hadapan masyarakat tanpa memperhitungkan sumber daya manusia untuk melaksanakan penuntasan kasus hukum.

Wakil ketua Komisi III dari Fraksi Partai Golkar, Aziz Syamsuddin menambahkan, sejak awal dirinya kerap mengkritik KPK yang terkesan melakukan tebang pilih penuntasan kasus korupsi dan cenderung menghindari kasus yang terkait partai penguasa.

"Saya sudah berulangkali mengatakan agar tak tebang pilih, namun selalu saja terjadi. Ini harus diawasi oleh publik dan komisi III,” ujar Aziz.

Anggota Fraksi PDIP Hendrawan Supratikno mengungkapkan masyarakat sudah terlalu capek dengan KPK yang selalu tebang pilih dalam penuntasan kasus korupsi dengan tak menindaklanjuti kasus yang terlibat dengan partai penguasa. "Kesannya mereka turut bermain demi kepentingan mereka sendiri dan partai penguasa,” ujarnya.

Menurut Hendrawan, dalam kasus besar dan menyita perhatian publik seperti skandal Bank Century, KPK melempem apalagi untuk kasus politisi dari partai penguasa. “Kalau kondisi seperti ini, semua akan hopeless. Seharusnya KPK tak bisa membiarkan kepura-puraan sosial yang menggelayuti langit indonesia,” katanya.

Aktivis LSM dan legislator itu menyoroti KPK yang tampak semangat dalam penyelidikan kasus suap travel cek yang kini telah menjadikan puluhan anggota dan mantan anggota DPR menjadi pesakitan. Namun sama sekali tak menyelesaikan kasus dugaan suap yang melibatkan Max Sopacua.

Max Sopacua diduga terlibat dalam kasus korupsi pengadaan rontgen portable di Departemen Kesehatan tahun 2007, di mana mantan Sekretaris Jenderal Depkes Syafii Muhammad sudah divonis bersalah dalam kasus itu.

Dalam surat dakwaan untuk terdakwa kasus rontgen Syafii Muhammad, jaksa menyebut ada aliran dana ke tiga anggota Komisi Kesehatan Dewan Perwakilan Rakyat periode 2004-2009, yakni Max, Asiah, dan Charles. Max disebut menerima Rp 45 juta, Asiah menerima Rp 35 juta, dan Charles menerima Rp 90 juta. Duit yang diterima Max lalu digunakan untuk sebagian pembayaran mobil Honda CRV.

Dalam kasus korupsi rontgen, tiga orang sudah dipidanakan. Selain Syafii, ada pula mantan Sekjen Depkes Edi Suranto, dan Kepala Biro Umum yang juga Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Mardjono.Dalam dakwaan, Syafii disebut menerima cek pelawat senilai Rp 8,98 miliar dari Budiarto Maliang, Komisaris PT Kimia Farma, rekanan Kementerian. Duit itu kemudian dibagikan Syafii ke sejumlah orang, termasuk kepada Max Sopacua.

Sementara Johny Allen Marbun diduga menerima suap dalam kasus dugaan suap proyek stimulus fiskal 2009 di Departemen Perhubungan.

Alasan Untung Cahyono Ungkit Pemilu Curang di Khutbah Id: Jamaah Pulang Mungkin Kebelet Pipis
Bek Bristol Rovers, Elkan Baggott

Elkan Baggott Menggila, Cetak Gol dan Bawa Bristol Rovers Pecundangi Mantan Klubnya

Bek Timnas Indonesia, Elkan Baggott tampil impresif saat memperkuat klubnya, Bristol Rovers dalam laga lanjutan League One atau kasta ketiga Liga Inggris

img_title
VIVA.co.id
14 April 2024