- Ikhsan Mahmudi | Surabaya Post
VIVANews - Enam warga Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur dilaporkan kritis akibat mengkonsumsi bangkai sapi yang mati diserang bakteri antraks. Serangan bakteri antraks terhadap sapi itu sedang mewabah. Dalam sepekan terakhir 56 ekor tewas digerogot.
Kepala Dinas Peternakan Propinsi Nusa Tenggara Timur, Samuel Rebo, mengatakan bahwa pemerintah telah menerjunkan tim ke Pulau Sabu guna mengidentifikasi wabah ini dan mengobati ternak yang terserang bakteri mematikan itu.
"Tim yang diterjunkan akan melakukan vaksinasi massal terhadap ternak di wilayah itu. Sehingga bakteri anthrax tidak menyebar ke ternak yang sehat," kata Kepala Dinas Peternakan NTT, Samuel Rebo di Kupang, Kamis 25 Agustus 2011.
Menurut Samuel, Dinas Peternakan mengimbau warga untuk tidak mengkonsumsi bangkai sapi, karena berbahaya bagi kesehatan dan bisa pula mengakibatkan kematian.
"Kalau ada sapi yang mati, sebaiknya bangkai dikuburkan," kata Samuel. Dia mengatakan, Kabupaten Sabu Raijua yang baru dimekarkan dua tahun lalu dari kabupaten Kupang itu termasuk salah satu daerah endemik antraks.
"Untuk menghindari penyebaran anthraks ke wilayah lain, untuk sementara Kabupaten Sabu Raijua dinyatakan tertutup untuk lintasan ternak," kata dia. Masa inkubasi antraks berlangsung 3 – 7 hari dengan gejala yang terbagi dalam 3 bentuk yakni perakut, akut, dan kronis.
"Manusia dapat terinfeksi kuman anthraks apabila bersentuhan langsung dengan spora anthraks, mengkonsumsi makanan tercemar atau menghirup spora antraks," kata Samuel. (Laporan: Jemris Fointuna/Kupang)