Lintas Sumatera: Daun Berpaku Hingga Senjata

Peningkatan Arus Mudik Jalur Pantura
Sumber :
  • VIVAnews/Tri Saputro

VIVAnews -- Mudik dengan memanfaatkan jalur darat menyimpan banyak cerita yang membuat ngeri. Mulai dari masalah kemacetan, perampokan, hingga kecelakaan fatal yang tak sedikit merenggut korban.

Di jalur Trans Sumatera banyak hal yang perlu diwaspadai para pemudik --  saat melakukan perjalanan panjang melelahkan yang menempuh ribuan kilometer. Ada banyak kisah kriminal di sini.
 
Menurut informasi yang dirangkum VIVAnews di jalur trans Sumatera sejak dua hari lalu, terdapat sejumlah titik rawan kriminal perampokan yang telah menjadi cerita turun temurun para pengguna jalan dan warga di dekat lokasi. Seorang pedagang di jalan raya Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, menuturkan, titik rawan ini terdapat di daerah Tebing Tinggi dan Lahat.

Sedangkan ke arah Bengkulu, titik rawan perampokan berada di daerah Curup. “Arah ke bawah (Jambi hingga Sumatera Barat) titik rawan perampokan di daerah Rupit, perbatasan antara Lubuk Linggau dengan Sarolangun, Jambi,” kata Rita, pedagang di jalan raya Lubuk Linggau.

Bagaimana modus yang akrab dilakukan para perampok pada para pengguna jalan? Menurut Rita, di kawasan Tebing Tinggi, biasanya perampok yang berkomplotan merebahkan pohon atau material dalam jumlah besar sehingga mengganggu lalu lintas. Pohon yang tumbang di depan akan menghentikan kendaraan yang disasar para perampok.

Dalam waktu bersamaan, di bagian belakang mobil yang jadi sasaran perampok, juga akan direbahkan pohon lain untuk menghambat akses bantuan pada mobil yang terjebak tersebut. “Kalau ketemu yang seperti ini, segera mundur dengan cepat. Kalau bisa balik arah aja,” tambah Rita.

Yopi seorang pekerja rumah makan Padang di jalan raya Lubuk Lingggau mengaku, kejadian-kejadian tersebut bukanlah hal baru. “Sudah lama sekali, dari dulu ceritanya begitu dan masih terjadi hingga sekarang,” kata Yopi (30) yang mengaku berasal dari Pitalah, Padang Panjang.

Dulunya, kata Yopi, aksi ini dikenal dengan istilah bajing loncat. Para penjahat ini dengan berani meloncati kendaraan yang melintas di jalur antara Tebing Tinggi hingga Lahat ini. Hal itu bisa dilakukan karena laju kendaraan di daerah tersebut pelan karena kondisi jalan yang rusak parah.

Degan meloncati bus dan truk yang melintasi jalur tersebut, para 'bajing' dengan leluasa menguras barang bawaan kendaraan tersebut. Kondisi ini terus melekat hingga saat ini pada sejumlah sopir truk. Saat VIVAnews melintasi kawasan Lahat hingga Tebing Tinggi pada siang hari, sejumlah truk berjalan rombongan saat melintasi kawasan rawan perampokan ini.

“Konvoi lebih aman dan biasanya kernet berada di kabin belakang dengan senjata golok. Ada yang loncat ke tenda tinggal diparang,” kata Can (42) sopir truk ekspedisi yang telah mengaku telah melewati jalur maut tersebut sejak puluhan tahun silam saat dijumpai VIVAnews, Kamis dinihari, 25 Agustus 2011 di Pasar Sarolangun, Provinsi Jambi.

Saat ini, kondisi jalan di titik rawan perampokan ini mengalami kemajuan signifikan. Badan jalan terlihat mulus dan membuat pengendara bisa memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi di jalur maut ini. Kondisi jalan yang menembus hutan lebat dan badan jalan yang sedikit sempit tentunya menjadi faktor kenapa di tempat-tempat tersebut rawan aksi perampokan.

Selain dengan motif menutup akses jalan dengan material seperti kayu atau pun batu besar, motif lain juga perlu diwaspadai pemudik yang berniat melintasi jalur trans Sumatera atau lintas tengah ini. Jangan sekali-kali melindas tumpukan bahan-bahan sepele seperti dedaunan ataupun material lain di tengah jalan yang terkesan tidak membahayakan.

“Di bawah dedaunan ini biasanya ditarok paku atau beling yang membuat ban kendaraan kita bocor,” ujar Rizal, pedagang Martabak Kubang di Pasar Sarolangun. Motif seperti ini, katanya, pernah dialami salah seorang pemudik saat melintas di kawasan Rupit, Karang Anyar—daerah perbatasan Jambi dengan Sumatera Selatan—menjelang Kabupaten Sarolangun.

Saat ban kendaraan mengalami bocor secara tiba-tiba, pemudik disarankan untuk tidak berhenti dan meneruskan perjalanan walaupun dalam kondisi ban bocor. Karena kemajuan teknologi, motif perampokan yang terjadi di kawasan tersebut tidak hanya dengan motif-motif kuno dengan meletakan kayu besar melintangi jalan atau menaruh paku dan beling di bawah tumpukan daun.

“Perampok sekarang sudah pakai senjata, kami sudah sering mengingatkan ini pada pemudik bahkan sudah kita umumkan dengan memasang spanduk agar waspada terhadap aksi pencurian dengan kekerasan,” kata seorang petugas di posko pengamanan yang ditemui VIVAnews saat melewati Tebing Tinggi.

Cerita-cerita ini menjadi bahan bagi para pengguna jalan sebelum melintasi jalur tersebut. Meskipun aksi perampokan ini tidak akan dijumpai setiap saat, ada baiknya para pemudik melakukan konvoi saat melintasi jalur tersebut jika terpaksa melintasi jalur tersebut pada malam hari. Tips aman selanjutnya, usahakan melewati jalan ini pada siang hari. (eh)

Laporan: Eri Naldi| Padang

Depok Masuk Aglomerasi DKJ, Wakil Wali Kota: Semoga Lebih Banyak Positifnya
Tangkapan layar anggota TNI tewas tersambar petir di Cilangkap

Berteduh Sambil Main HP, 3 Anggota TNI Tersambar Petir di Dekat Mabes Cilangkap

Tiga orang anggota TNI tersambar petir di depan kawasan Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur. Hal itu diungkap Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen Nugraha Gumilar.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024