BI Rate Kembali Bertahan 6,75 Persen

Logo Bank Indonesia.
Sumber :
  • VivaNews/ Nur Farida

VIVAnews - Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia kembali mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 6,75 persen. BI terus menahan BI Rate di level 6,75 persen sejak Februari 2011.

Dalam siaran pers Kamis, 8 September 2011, BI menyebutkan, dalam rangka kegiatan di pasar uang antarbank di antara besarnya ekses likuiditas selama ini, BI memperlebar batas bawah koridor suku bunga operasi moneter yang semula 100 basis points (bps) menjadi 150 bps di bawah BI Rate.

Siswa SMP Dibacok dan Dibegal Saat Pulang Sekolah Sendirian

Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas perekonomian di tengah meningkatnya ketidakpastian sistem keuangan global, yang dipicu masalah utang Amerika dan Eropa. Meskipun demikian, gejolak yang ditimbulkan ketidakpastian perekonomian global masih terbatas.

Selain itu, bank sentral terus mencermati dampak penurunan kinerja ekonomi dan keuangan global terhadap kinerja perekonomian Indonesia ke depan.

Setuju Pembatasan Impor Barang Jadi Elektronik

Dalam kaitan ini, BI akan mengambil respons suku bunga serta bauran kebijakan moneter dan makroprudensial lainnya untuk memitigasi potensi penurunan kinerja perekonomian Indonesia tersebut dengan tetap mengutamakan sasaran pencapaian inflasi yaitu 5 persen 5 persen ± 1 persen pada 2011 dan 4,5 persen ± 1 persen pada 2012.

"BI juga akan mempererat kebijakan koordinasi dengan pemerintah dalam rangka mengatasi penurunan dampak ekonomi dan keuangan global tersebut," kata Kepala Biro Hubungan Masyarakat BI, Difi A Johansyah, dalam siaran pers itu di Jakarta.

Komjak Soroti Penanganan Kasus Dugaan Korupsi Emas di Kejaksaan

Dewan Gubernur menilai sejauh ini kinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang baik di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap prospek ekonomi dunia. Pertumbuhan ekonomi triwulan ketiga 2011 diperkirakan mencapai 6,6 persen, ditopang oleh ekspor, konsumsi, dan investasi.

Ekspor diperkirakan masih tumbuh tinggi sejalan dengan prakiraan masih tinggi realisasi perdagangan dunia serta harga komoditas internasional. Namun, pengaruh penurunan pertumbuhan ekonomi global diperkirakan mulai terasa pada kinerja ekspor Indonesia.

Di sisi lain, konsumsi tetap kuat sejalan optimisme konsumen dan peningkatan kinerja belanja pemerintah. Sementara itu, perkemabangan investasi diperkirakan meningkat didukung oleh berkembangnya proyek infrastruktur dan kebijakan pemerintah mendukung investasi.

Secara sektoral, kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi masih berasal dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran, transportasi serta industri. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya