- www.geckoandfly.com
VIVAnews - Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia kembali terhempas ke zona negatif hingga akhir perdagangan hari ini. IHSG terpuruk lebih dari 300 poin. Pelemahan IHSG tersebut merupakan yang terbesar dibandingkan bursa kawasan Asia Pasifik.
Pada penutupan transaksi Kamis 22 September 2011, IHSG anjlok 328,35 poin atau 8,89 persen ke level 3.369,14. Sementara itu, pada sesi pertama, indeks berakhir turun 226,66 poin atau 6,14 persen ke level 3.470,83.
Pemodal asing di pasar reguler melepas kepemilikan saham senilai Rp3,1 triliun dan menjual Rp1,4 triliun, sehingga terjadi penjualan bersih Rp1,7 triliun.
Analis PT Woori Korindo Securities Indonesia, Teuku Hendry Andrean, mengatakan, pergerakan negatif IHSG hari ini dipicu pelemahan bursa global, terutama Amerika Serikat dan Eropa. "Kondisi ini yang kemudian merembet ke pasar saham Asia akibat outlook ekonomi AS yang memburuk," kata Hendry saat dihubungi VIVAnews.com di Jakarta, Kamis 22 September 2011.
Dia menambahkan, outlook negatif ekonomi AS dan krisis utang Eropa yang berkepanjangan akan berimplikasi pada outlook ekonomi dunia. "Tentunya juga akan berpengaruh pada ekonomi Asia, meskipun secara internal Asia masih cukup kuat dibanding AS dan Eropa," kata Hendry.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia, Ito Warsito, berpendapat, terpuruknya bursa Indonesia saat ini lebih diakibatkan pasar keuangan yang melemah. Hal itu terlihat dari nilai tukar rupiah yang terkoreksi cukup cepat.
"Itu menambah ketidakpastian investor asing, sehingga cenderung untuk menjual lebih dahulu," tutur dia.
Otoritas bursa, dia melanjutkan, telah mempunyai protokol manajemen krisis (crisis management protocol) untuk mengatasi kemungkinan krisis yang mengancam. Dengan upaya itu, otoritas bursa tidak lagi memerlukan kebijakan drastis seperti memperpendek rentang suspensi. "Antisipasi selalu dilakukan kapan pun," ujar Ito.
Ito juga menyarankan, terpuruknya IHSG merupakan momentum bagi investor lokal untuk membeli saham yang dijual oleh investor asing. Selanjutnya investor tinggal menunggu potensi keuntungan ketika para investor asing kembali memborong saham perusahaan Indonesia.
"Yang paling penting adalah investor lokal, katakanlah membeli saham yang dijual investor asing. Berapa pun harganya itu, semestinya mereka beli karena memberikan potensi keuntungan saat investor asing kembali," kata dia.
Ito yakin, investor asing akan kembali lagi berinvestasi di Indonesia setelah pada perdagangan hari ini memutuskan melepas kepemilikan sahamnya di pasar Indonesia. Alasannya, Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan kinerja emiten yang lebih baik dibandingkan bursa-bursa negara lain.
Mengenai kapan investor asing bakal kembali memborong saham emiten BEI, Ito memperkirakan hal itu dilakukan setelah mereka melakukan konsolidasi portofolio investasinya. "Volatilitas hanya jangka pendek, kuncinya adalah investor asing tidak pernah bisa meninggalkan Indonesia," katanya.
Penurunan indeks saham di bursa domestik hari ini merupakan yang terburuk dibanding indeks bursa utama Asia lainnya. Indeks Nikkei 225 di bursa Tokyo jatuh 180,9 poin atau 2,07 persen, Hang Seng di bursa Hong Kong terpuruk 912,22 poin atau 4,85 persen, Straits Times di Singapura terkoreksi 74,13 poin atau 2,66 persen, dan Kospi di bursa Korea melemah 53,73 poin atau 2,9 persen.
Sebelumnya, pada 2008, IHSG juga sempat mencapai posisi terendah dengan penurunan mencapai lebih dari 10 persen, sehingga memicu otoritas bursa menghentikan sementara perdagangan saham di bursa domestik.
Tahun ini, bursa di Korea Selatan juga pernah dilanda aksi jual besar-besaran hingga hampir mencapai penurunan sebesar 10 persen. Kondisi itu memaksa otoritas bursa setempat menghentikan sementara perdagangan sahamnya.
Sementara itu, berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia terlihat hampir sepekan ini nilai tukar rupiah melemah. Pada Senin 19 September 2011, rupiah bercokol di level Rp8.805 per dolar AS, namun pada Kamis ditutup di posisi Rp8.988 per dolar AS. (art)
Ketua DPRD Minta Pemprov DKI Perbaiki Kualitas APBD, Singgung Permukiman Kumuh
Ketua DPRD DKI menilai RKPD tahun 2025 tidak fokus.
