Putri TKW Ruyati, Een Nuraenah

"Sebelum Pembunuhan, Ruyati Telepon KJRI"

Ruyati
Sumber :
  • VIVAnews / Erik Hamzah

VIVAnews – Kasus Ruyati binti Satubi, tenaga kerja wanita (TKW) yang tewas di tangan algojo, kembali mencuat. Tim advokasi  memaparkan hasil investigasi dari Arab – di Jeddah, Mekkah, dan Madinah. Salah satu kesimpulan yang didapat, pemerintah lalai dan tak memberikan pembelaan maksimal pada warga negaranya. (Baca bantahan pihak KBRI di sini).

Putri Ruyati, Een Nuraenah ikut bagian dalam tim yang dibiayai ‘Gerakan Rp1000 Untuk Ruyati’. Di Saudi, dengan mata kepalanya sendiri, Een menyaksikan lokasi ibunya dipancung. Juga lokasi di mana ibunya dimakamkan. "Saya pengen nekat seandainya bisa masuk saya ingin bongkar makam itu," kata Een.

Berikut wawancara VIVAnews.com dengan Een:

Tim advokasi menyatakan tak mungkin pemerintah tidak tahu Ruyati dipancung. Kemudian soal persidangan, Ruyati ternyata tak didampingi pengacara. Bagaimana menurut Anda?

Tidak ada yang membantu, nggak ada pengacara. Orang KJRI mengatakan dibantu, tapi begitu saya tanya siapa yang membantu, saya ingin bertemu, tidak ada. Itu benar-benar membenarkan bahwa pemerintah tidak peduli sama sekali, terutama sama ibu saya.

Padahal, waktu dulu saya ke Kemenlu, salah satu stafnya (Een menyebut sebuah nama), mengatakan, nanti akan diupayakan permohonan ampunan terhadap anak majikan, akan disediakan pengacaranya, ternyata itu cuma omong kosong. Menurut saya, ibu saya benar-benar berjuang sendiri tanpa ada yang membela satu pun.

Apa lagi bukti yang membuat Anda yakin, Ibu Ruyati diabaikan?

Ada cerita dari temannya umi (Ruyati), Suwarni. Dia pernah saya suruh nengok ke penjara waktu itu, dibilang ngapain repot-repot nengok, pemerintah kamu aja nggak ada yang nengok. Jadi bener-bener nggak ada, kasihan ibu saya. Kalau denger ceritanya Suwarni, Umi pernah telpon ke KJRI sebelum dipenjara dan pembunuhan, tapi tidak ditanggapi.

Ceritanya Suwarni, beliau disiram air panas, dikejar-kejar majikan sambil bawa pisau, penderitaannya luar biasa. Penderitaan Umi sebelum ada pembunuhan membuat hati saya seperti disilet. Bayangin, disiram air panas, kecipratan sedikit saja sudah sakit. Mungkin saja saat itu beliau rebutan pisau, namanya dikejar-kejar, bela diri namanya.

Jika pemerintah sudah maksimal berusaha, tapi ibu saya masih meninggal di Arab, kami  tidak akan terlalu sedih berkepanjangan.

Ketika tahu temuan investigasi itu, bagaimana perasaan Anda? Apakah Anda marah?

Semenjak pertama kali saya di tanah Arab itu ,dari situ aja rasanya sudah bagaimana, setiap langkah itu merasakan penderitaan-penderitaan orang tua. Hati saya sudah terlalu kecewa, penderitaan saya begitu berat.

Kepala BNP2TKI meminta maaf pada keluarga almarhum atas kesalahan penyebutan lokasi makam.  Tanggapan Anda?

Sampai saat ini belum pernah minta maaf. Menurut saya, seandainya datang langsung, mungkin agak sedikit mengurangi rasa kecewa saya. Tapi kalau jenazah ibu belum dipulangkan tetap saya tuntut. Inginnya saya, resmi  minta maaf ke saya, keluarga saya.

Belum cukup ucapan maaf lewat media?

Belum cukup, kenapa tidak langsung ke keluarga saya. Masih ada kakek- nenek saya, sangat kecewa juga, adik-adik saya. Pengennya saya, mereka datang ke rumah saya. Kalau begitu nggak serius nggak dari hati.

Apakah selama ini, sejak kematian ibu Anda, ada pejabat pemerintah yang menghubungi Anda?

Nggak ada komunikasi lagi semenjak pemerintah meminta tanda tangan keluarga saya masalah pemulangan jenazah, setelah itu nggak ada kontak lagi. Terakhir adalah tujuh harinya (almarhum), sudah lama nggak ada kontak dengan pemerintah.

Apa yang  disampaikan pihak pemerintah ketika itu?

BNP2 TKI menyampaikan soal pemulangan jenazah.

Soal pemulangan jasad ibu Anda, kabar terakhir menyebut, jenazah TKW Kikim Komalasari yang dibunuh di Arab Saudi dipulangkan, setelah hampir setahun. Apakah Anda bersedia menunggu kapanpun, dengan proses yang sulit, sampai jasad ibu Anda dipulangkan?

Pengen saya dipulangkan secepatnya, pokoknya kalau belum dikembalikan ke keluarga kami akan tuntut. Dengan kondisi apapun asalkan itu bener-bener ibu saya, meski tinggal tulang-tulangnya saja.

Sampai kapan?

Sampai jenazah itu ditemukan.

Anda ikut ke Arab Saudi, termasuk mengunjungi lokasi eksekusi. Perasaan Anda saat itu?

Sangat sedih luar biasa, nangis kalau ditanya begitu (Een sempat terdiam). Terlalu sedih.  Saya kadang mengkhayal bagaimana kondisi Umi saat itu, terlalu sakit (sambil terisak).

Anda sempat melihat lokasi makam Ibu Ruyati?

Saya tidak boleh masuk karena haram. Kalau perempuan itu tidak boleh. Saya ingin nekat tapi tidak enak.Seandainya bisa masuk, saya ingin bongkar makam itu.

Pasca temuan tim ini, langkah apa yang akan Anda lakukan?

Saya ingin pemerintah bertanggung jawab. Orang yang lalai itu diberi sanksi. Yang mengabaikan tugas harus diberi sanksi, mereka lebih tahu. Yang paling bertanggung jawab adalah KBRI.  (Een menyebut sebuah nama dari pihak KBRI) dia yang bertanggung jawab. Saya ketemu dia, matanya seakan berbohong. Beliau justru berusaha mendinginkan saya, “Bu Eni biasanya orang-orang suka meninggal di Arab”.  Saya katakan, “Kalau meninggalnya wajar nggak apa-apa, meninggal begitu siapa yang terima?”.

Sudah tiga bulan berlalu, Anda masih merasa sangat kehilangan ibu?

Iya, masih merasa kehilangan.

Apa kenangan yang paling tidak bisa dilupakan?

Banyak. Beliau sabar menghadapi anak.  Beliau suka lagu Rhoma Irama. Kalau dengerin lagu ‘Kehilangan‘ dan ‘Keramat’ , saya ingin menjerit. Rhoma adalah favorit beliau dari muda. Ibu bilang banyak lagu-lagu Rhoma yang menyentuh. Meski banyak artis-artis baru beliau masih suka Rhoma.

Apa yang paling Anda rindukan dari beliau?

Senyumnya dan kasih sayang beliau. Saya dekat sekali dengan beliau, jadi merasakan sekali begitu kehilangan beliau.

92.493 NIK Warga Jakarta Bakal Dinonaktifkan Pekan Depan
ilustrasi bank.

OJK Cabut Izin usaha BPRS Saka Dana Mulia Kudus

Pencabutan itu dilakukan OJK itu sebagai tindakan pengawasan untuk menjaga dan memperkuat industri perbankan serta melindungi konsumen. 

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024