- PT Bangungraha Sejahtera Mulia
VIVAnews - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menargetkan realisasi investasi tahun 2012 bakal naik sekitar 15 persen atau mencapai Rp283,5 triliun.
Tahun ini target realisasi investasi sebesar Rp240 triliun. Untuk mencapai target itu, BKPM bakal mengusung tiga bidang usaha yang jadi incaran pemodal dalam dan luar negeri.
"Target akumulasi 2010-2014 investasi mencapai Rp1.629 triliun," kata Deputi Bidang Promosi dan Penanaman Modal BKPM, Himawan Hariyoga, di kantor BKPM, Jakarta, Kamis, 20 Oktober 2011.
Himawan mengungkapkan BKPM telah menggelar berbagai promosi ke sejumlah negara untuk menarik investasi dari pemodal asing. Sebanyak tiga sektor utama yang diharapkan menyumbang investasi pada tahun depan adalah pangan, infrastruktur, dan proyek hilir.
"Tapi intinya semuanya [proyek yang ditawarkan] ini, kita sadar tanpa infrastruktur tidak akan berjalan sehingga selalu itu yang kami prioritaskan," kata dia.
Dari sejumlah promosi yang digelar selama ini, Himawan mengatakan, proyek infrastruktur merupakan sektor yang banyak diminati investor asing. Sementara untuk bidang energi, pemodal umumnya masih sampai tahap penjajakan. "Mungkin peningkatannya dari sumber-sumber yang semacem itu."
Dalam buku skema kerjasama swasta dan pemerintah atau public private Partnership (PPP) dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), BKPM sedikitnya memiliki 79 proyek infrastruktur yang siap ditawarkan dengan nilai investasi US$53,4 miliar.
"Ini kami tawarkan tiap tahun direview, sudah laku belum, kemudian ada satu kategori atau kelompok dari proyek-proyek itu yang kita namakan ready to offer siap tender ada 13 proyek dengan total nilai US$27,5 miliar," ungkapnya.
Disinggung mengenai terjadinya perlambatan ekonomi dunia, Himawan optimistis, realiasasi investasi tahun depan akan tetap meningkat karena investasi tersebut bersifat jangka panjang.
"Jadi yang sudah berkomitmen dan sudah jadi investasi, itu masih tetap jalan. Sekarang dampak yang diperkirakan Indonesia adalah berkurangnya permintaan dari Eropa," kata dia.
Namun, Himawan melanjutkan, secara keseluruhan Indonesia tidak terlalu tergantung pada ekspor tetapi lebih banyak tergantung pada pasar dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi Indonesia, lanjutnya, lebih banyak mengandalkan konsumsi dalam negeri.
"Kalau kita lihat industri, komponen kendaraan bermotor, tetap saja bertumpu pada konsumsi domestik. Misalnya kalau ada perlambatan, tentunya masih ada negara-negara yang kita harapkan bisa memberikan kontribusi lebih besar yaitu Timur Tengah," ungkapnya.