- REUTERS/ Muhammad Yamin
VIVAnews - PT Freeport Indonesia mengajukan revisi pengiriman konsentrat emas dan tembaga atas terjadinya aksi mogok serta kerusuhan di areal tambang emas dan tembaga Grasberg, Tembagapura, Timika, Papua, kepada sejumlah pembeli. Kerusuhan ini telah berdampak pada penurunan produksi dan penundaan pengiriman konsentrat.
"Penurunan produksi konsentrat telah berdampak pada kemampuan perusahaan dalam memenuhi komitmen penjualan," kata Juru Bicara Freeport Ramdani Sirait, Kamis 27 Oktober 2011.
Ramdani mengatakan, perusahaan akan menyatakan telah terjadi force majeure, sehingga perjanjian jual beli konsentrat ini tak dapat dipenuhi.
Sekadar informasi, kerusuhan massal yang dipicu oleh pemogokan kerja karyawan tak cuma mempengaruhi produksi perusahaan. Pipa penyalur konsentrat ke pelabuhan yang berada di mile 45 disabotase, pada pertengahan Oktober. Akibatnya, produksi tambang bawah tanah pun dihentikan.
Pada 18 Oktober, Darwin Saleh yang waktu itu sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral menyatakan, produksi Freeport di tambang bawah tanah kembali beroperasi. Namun, belum optimal, cuma 50 persen.
"Produksi sudah sempat dihentikan karena pertimbangan taktis dan teknis," kata Darwin kala itu.
Dari tambang ini, Freeport memproduksi antara 220–230 ribu ton per hari bijih emas dan tembaga. Berdasarkan data tahun lalu, setiap ton bijih mengandung delapan kilogram tembaga dan 0,91 gram emas. (art)