Jamaah Naqsabandiyah Idul Adha Sabtu

Suasana Shalat Idul Adha
Sumber :
  • Antara Photo

VIVAnews - Jamaah Tarikat Naqsabandiyah Sumatera Barat menetapkan Idul Adha jatuh pada hari Sabtu, 5 November 2011. Keyakinan ini didasari atas awal Ramadan kemarin yang dimulai pada hari Sabtu.

Masih Hangat, Presiden Iran Bujuk Pakistan Gabung Aliansi Anti-Israel

“Rumus kami, Idul Adha jatuh pada hari yang sama saat penetapan 1 Ramadan. Kemarin puasa pertama kan hari Sabtu, Idul Adha jatuhnya Sabtu juga,” ujar Sekretaris Jamaah Naqsabandiyah Sumbar, Edizon Revindo, pada VIVAnews.com, Rabu, 2 November 2011.

Alhasil, Lebaran Kurban Jamaah Naqsabandiyah lebih cepat satu hari dari penetapan Idul Adha yang dilakukan pemerintah. Pemerintah telah menetapkan Idul Adha jatuh pada hari Minggu, 6 November 2011.

Pagi Ini, KPU Tetapkan Prabowo-Gibran sebagai Presiden dan Wapres Terpilih

Menurut Edizon, perbedaan ini sudah diprediksi jauh-jauh hari karena Naqsabandiyah lebih cepat menetapkan 1 Syawal 1432 H, tahun ini.

Naqsabandiyah menggelar shalat Idul Fitri pada hari Senin 29 Agustus 2011—dua hari lebih cepat dari penetapan 1 Syawal oleh pemerintah yang jatuh pada hari Rabu, 31 Agustus 2011.  “Idul Adha itu jaraknya dua bulan 10 hari sejak 1 Syawal ditetapkan, jadi puncak haji itu jatuh pada hari Sabtu,” kata Edizon.

Mooryati Soedibyo, Pendiri Mustika Ratu Meninggal Dunia

Penetapan Idul Adha oleh Naqsabandiyah Sumbar sama dengan pelaksanaan wukuf di Arafah yang jatuh pada hari Sabtu.

Tidak Perlu Diperdebatkan

Terkait perbedaan ini, ia berharap, tidak perlu diperdebatkan karena kondisi ini telah terjadi hampir setiap tahun. Menurutnya, kondisi ini tidak perlu menjadi polemik dan diperdebatkan. “Kami menganggapnya sebagai rahmat yang memperindah jalan dalam beragama, tidak perlu diperdebatkan,” ujarnya.

Shalat Idul Adha bagi Jamaah Naqsabandiyah di Padang akan dilakukan di sejumlah tempat.

Guru Mursyid Tarikat Naqsabandiyah Sumbar, Buya Syafri Malin Mudo akan menjadi Khatib pada shalat Idul Adha, Sabtu, 5 November 2011 di Mushalla Baitul Makmur, Pasar Baru, Padang. Sedangkan bertindak sebagai imam Edizon Revindo.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Sumbar Syamsul Bahri Khatib, mengakui, perbedaan penetapan hari besar Islam sudah berlangsung dalam waktu lama. “Dan hal ini tidak menjadi masalah, asal salah satu pihak tidak mengklaim paling benar,” ujar Syamsul.

Ia berharap, perbedaan yang muncul tidak membawa perpecahan dalam umat. “Yang paling penting itu rukun dalam beragama dan tidak saling menyalahkan,” katanya.

Laporan: Eri Naldi | Padang

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya