- VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVAnews - Indonesia diserbu dana asing sebesar US$45 miliar (sekitar Rp400 triliun) selama dua tahun terakhir. Masuknya dana asing itu memiliki dua sisi yang menguntungkan dan merugikan.
"Masuknya dana asing itu di satu sisi dapat meningkatkan cadangan devisa dan mendorong apresiasi rupiah. Di sisi lain, tantangan yang dihadapi tidaklah ringan," ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia, Halim Alamsyah, di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu 9 November 2011.
Ia menjelaskan, aliran dana asing yang masuk (capital inflow) di seluruh dunia sebesar US$800 miliar. Sementara itu, capital inflow ke Asia mencapai US$400 miliar.
Untuk Indonesia, dana asing yang masuk sepanjang 2010 sebesar US$26 miliar (Rp231 triliun). Sementara itu, hingga kuartal II-2011, dana asing yang masuk mencapai US$19 miliar atau Rp168 triliun.
“Dalam dua tahun terakhir, jumlah capital inflow ke Indonesia mencapai US$45 miliar. Dengan derasnya capital inflow, ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar tidak justru merugikan perekonomian kita,” ungkapnya.
Halim menjelaskan, dana asing itu bisa dimanfaatkan dengan baik, yaitu digunakan untuk membiayai sektor usaha melalui penerbitan saham dan obligasi. Hal itu bisa menjadi stimulus bagi pasar modal dan perusahaan.
Dana itu juga bisa digunakan untuk percepatan pembangunan infrastruktur. Ini juga akan meningkatkan lapangan kerja dan memperbaiki iklim investasi.
Masuknya dana asing itu menambah cadangan devisa menjadi di atas US$100 miliar. Posisi cadangan devisa akhir Oktober sebesar US$113,9 miliar atau turun dibanding Agustus sebesar US$124 miliar akibat gejolak krisis global. (art)
Verrell Bramasta Berharap Prabowo-Gibran Lebih Fokus Pada Kemajuan Anak Muda
Aktor sekaligus caleg Verrell Bramasta menilai, bahwa Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai pemimpin negara yang bisa mewujudkan harapan dari kalangan muda.
