Politisi PDIP: Hedonisme Bukan Tolok Ukur

Sumber :
  • Antara/ Yudhi Mahatma

VIVAnews – Anggota Komisi III DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Eva Kusuma Sundari, menyatakan bahwa pilihan gaya hidup politikus tak ada kaitannya dengan kinerja para Wakil Rakyat.

Eva mengemukakan, banyak orang yang memang berlatar belakang kaya bisa masuk ke parlemen sebagai anggota DPR, karena sistem pemilu yang memungkinkan untuk itu.

“Sistem pemilu berdasarkan suara terbanyak menyuburkan politik uang dan menyebabkan karakter politik berubah. Banyak politisi yang tersaring bukan berbasis kompetensi, tapi kekayaan dan kepopuleran. Artinya, para politisi di DPR banyak yang sudah kaya dari semula,” ujar Eva, Senin 14 November 2011.

Eva menambahkan, sangat disayangkan karena input parlemen yang tidak berbasis kompetensi tersebut tidak diantisipasi oleh parpol, agar para anggota mereka di parlemen bisa bekerja sesuai tugas dan fungsi  pokok mereka di DPR. “Parpol dan fraksi tidak mengembangkan performance indicator sebagai alat untuk memonitor dan mengevaluasi para anggotanya,” kata Eva.

Lebih lanjut, Eva berpendapat, pernyataan Ketua KPK Busyro Muqoddas mengenai perilaku hedonis para anggota DPR malah dipahami salah kaprah oleh masyarakat. “Yang pasti gaya hidup bukan salah satu indikator kinerja, sehingga statement Pak BM (Busyro Muqoddas) malah mendorong masyarakat bergosip,” terang Eva.

Eva menambahkan, indikator yang lazim dipakai untuk menilai kinerja politisi adalah visi representasi yang kemudian secara konsisten diperjuangkan melalui legislasi, budgeting, dan pengawasan.

Selain itu, lanjut Eva, kemampuan politikus dalam hal kepemimpinan juga bisa jadi tolok ukur menilai kinerjanya. “Bagaimana politisi itu bisa mempengaruhi opini, menggerakkan penyelesaian suatu masalah, dan rajin atau tidak menghadiri sidang-sidang komisi,” kata Eva.

Terpopuler: Alasan Heerenveen Lepas Nathan Tjoe-A-On, Calon Kiper Timnas Indonesia Sabet Scudetto

Tidak Relevan

Menurut Eva, politisi pada hakekatnya harus menyuarakan ide atau perhatian terhadap permasalahn publik, karena tugas utama mereka adalah untuk mewakili aspirasi masyarakat dapilnya.

“Berdasar indikator di atas, gaya hidup tidak relevan untuk mengukur kinerja politisi. Artinya, baik hedon maupun asketis, kalau tidak fungsional sebagai politisi dan tidak memberikan dampak bagi penyelesaian masalah, keduanya harus dikecam,” kata Eva.

Tapi yang terpenting, tegas Eva, sepatutnya fraksi dan parpol mengembangkan indikator performa kinerja, sehingga politisi terdorong berperilaku akuntabel, dan tidak rentan menjadi serangan-serangan pembunuhan karakter. (ren)

Keren Banget, Sherina Main Teater Musikal Bareng Anak-Anak Sekolah
Foto: Istimewa

Cerita Perjuangan TikTokers Sasya Livisya, Sering Dapat Hate Comment karena Penampilannya

Setelah melalui berbagai proses yang panjang, Sasya Livisya menyampaikan pentingnya hate comment dalam setiap konten yang diposting di sosial media.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024