VIVAnews - Pemerintah menilai penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 50 basis poin menjadi 6 persen untuk menggenjot pertumbuhan investasi dalam negeri. Hal ini dirasa perlu di tengah situasi krisis global saat ini.
Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati menegaskan bahwa penurunan BI rate akan meningkatkan sektor investasi Indonesia. "Hal ini perlu untuk menjaga pertumbuhan," kata Anny di Jakarta, Selasa 15 November 2011.
Penurunan BI rate turut memicu penurunan suku bunga dasar perbankan, sehingga akan semakin menggerakan produksi dalam negeri.
Anny menilai penurunan BI rate ini tepat untuk mengantisipasi dampak krisis yang kemungkinan bakal menghampiri pada 2012. "Karena kemungkinan ada koreksi disebabkan krisis global," kata Anny.
Sementara itu, pengamat ekonomi Universitas Gadjah Mada Tony Prasetyantono menilai bahwa langkah penurunan BI rate 50 basis poin merupakan suatu hal yang berani. Menurutnya, alangkah lebih baik jika BI menurunkan secara perlahan. "Lebih baik turunkan 25 basis poin saja dulu," kata Tony, beberapa waktu lalu.
Penurunan ini, lanjutnya, bisa menjadi bumerang yang akan menyerang balik bagi kredibilitas BI, terutama jika tidak disertai dengan penurunan suku bunga industri perbankan. "Sepertinya kebijakan BI rate tidak efektif mempengaruhi suku bunga bank," tutur Tony. (adi)