Menelusuri Cerita dari Tapal Batas

Marcella Zalianty.
Sumber :
  • ANTARA/ Teresia May

VIVAnews - Jarang tampil di layar kaca, Marcella Zalianty kini lebih senang bekerja di balik layar. Karya perdananya adalah film layar lebar berjudul 'Batas' yang beredar pertengahan Mei lalu, di bawah perusahaannya, Keana Production & Communication.

Kini, Marcella hadir melalui karya terbarunya. Masih di bidang film, namun kali Marcella mencoba genre berbeda, yaitu film dokumenter berjudul "Cerita Dari Tapal Batas". Di film ini, ia menyerahkan tanggung jawab sebagai produser kepada Ichwan Persada, yang juga mendampingi Marcella sebagai associate producer di film 'Batas'.

Marcella banyak menyentuh cerita-cerita yang bertemakan nasionalisme. Menurutnya isu nasionalisme merupakan isu menarik untuk dibicarakan. “Saya rasa isu nasionalisme dengan segala aspeknya sangat menarik untuk dibicarakan. Dan isu ini jika digodok dengan manis tetap bisa menjadi tontonan yang menarik,“ jelas Marcella dalam pernyataan tertulis yang diterima VIVAnews, Jumat, 18 November 2011.

Film ini menceritakan kisah tiga tokoh utama yang hidup di daerah yang berbatasan langsung dengan Malaysia.

Enak Bener! Jarang Main tapi Tiba-tiba Juara di Al Hilal, Neymar: Kayak Zaman Sekolahan

'Cerita Dari Tapal Batas' bergulir dari sosok Ibu Martini. Ia telah mengabdi selama 8 tahun di dusun terluar terjauh Indonesia yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Menggunakan sampan dengan menempuh 8 – 12 jam mengarungi sungai dengan 12 riam dilaluinya menuju tempatnya bertugas. Martini tak pernah mengeluh hingga suatu ketika pemerintah memutuskan membangun perpustakaan di sana. Padahal ia sendirian dan merangkap tugas dari kepala sekolah hingga pesuruh. Dan menempati fasilitas rumah dinas yang tak layak huni.
 
Kemudian cerita bergulir pada kisahnya Pak Kusnadi. Ia berprofesi sebagai mantri kesehatan dan berstatus sebagai pegawai negeri. Jika sebagian besar pegawai negeri melalui hidupnya dengan nyaman bekerja di kantor, maka Kusnadi mendedikasikan dirinya dengan keluar masuk gunung dan pedesaan. Ia harus menjelajahi lima desa sekaligus setiap dua minggu demi memberikan pengobatan bagi masyarakat di beranda terdepan tanah air.

Jarak tempuh antara satu desa dengan desa lainnya yang harus dilalui selama 2–5 jam tak membuat Kusnadi menyerah. Berkat usahanya, ada secercah harapan bagi masyarakat disana.
 
Dan kisah terakhir menyoroti sosok Elly, seorang gadis belia yang menjadi korban perdagangan manusia. Ia tergiur janji-janji untuk hidup enak di Taiwan. Maka bersama beberapa temannya ia pun nekat mengambil jalan pintas. Tapi kenyataan tak seindah yang dibayangkannya. Elly harus menelan pil pahit dan akhirnya memilih pulang ke tanah air.

Setelah menyelesaikan film ini, istri Ananda Mikola itu juga tengah bersiap menggodok produksi layar lebar berikutnya. Dia akan kembali menggarap produksi film seputar nasionalisme yang kali ini datang dari lapangan hijau. (eh)

Siap-siap, Berselancar di Mesin Pencari Google Tidak Gratis
Situasi pergerakan penumpang di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang

Arus Balik Pemudik, 80 Ribu Penumpang Tiba di Bandara Soetta

Arus Balik Mudik, 80 Ribu Penumpang Tiba di Bandara Soetta

img_title
VIVA.co.id
13 April 2024