Kakak Terjerat Suap, Adik Jadi Buron Teroris

Tersangka suap anggota DPRD Semarang Agung Purno Sarjono
Sumber :
  • Puspita Dewi | Semarang

VIVAnews – Politisi PAN Agung Purno Sarjono yang duduk di DPRD Kota Semarang ditetapkan sebagai tersangka kasus tindak pidana korupsi oleh KPK, usai menerima suap dari Pemerintah Kota Semarang. Belakangan, diketahui bahwa adik kandung Agung adalah buron teroris yang sampai saat ini justru belum tertangkap.

Adik kandung Agung, Maruto Jati Sulistyo, diburu Detasemen Khusus 88 Anti Teror Mabes Polri sejak tahun 2006 karena diduga terlibat dalam menyembunyikan pimpinan gerakan teroris, almarhum Noordin M Top, saat penggerebekan tanggal 29 April 2006 di Wonosobo, Jawa Tengah.

Catatan Polda Jawa Tengah menunjukkan, saat penggerebekan tahun 2006 tersebut, polisi menembak mati Gempur Budi Angkoro alias Jabir, dan menangkap Mustaghfirin. Keduanya adalah pembantu dekat Noordin M Top. Dalam persidangan, Mustaghfirin kemudian mengungkap bahwa saat melarikan diri dari penggerebekan itu, Noordin sempat terluka.

Di sinilah peran Maruto dimulai. Dalam pelariannya, Noordin melewati daerah Boja, Kendal. Noordin lalu ditolong oleh Maruto Jati Sulistyo yang pernah kuliah di Fakultas Kedokteran Unisula. Maruto disebut-sebut memberi pertolongan kepada Noordin bersama istrinya, Dokter Tri  Utami. Sampai saat ini, Maruto belum tertangkap.

Keberadaan misterius Maruto Jati Sulistyo ini sempat mencuatkan nama sang kakak, Agung Purno Sarjono. Kakak kandung Maruto yang memilih menjadi politisi PAN ini sempat meminta kepada Kapolri, agar polisi tidak melukai adiknya jika tertangkap.

“Saya berharap adik saya Maruto Jati Sulistyo segera tertangkap, agar bisa segera menjelaskan tentang peran dan posisinya. Namun saya mohon, jika memang sudah tertangkap, kiranya Polri tidak menyakitinya,” kata Agung saat konferensi pers tahun 2008 lalu.

Agung Purno Sarjono mengakui bahwa Maruto memang adik kandungnya. Mereka berasal dari Dukuh Pakisan di Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Agung sendiri mengatakan, ia memilih masuk dunia politik agar bisa berdakwah dan berjihad melalui jalur lain. “Sudah lama saya tidak ketemu adik saya. Saya sangat kangen. Ibu saya juga kangen. Melalui media, saya harap Maruto segera menyerahkan diri,” katanya saat itu.

Tiga tahun kemudian, siapa yang mengira jika yang berhasil ditangkap lebih dulu justru sang kakak yang sedianya berniat berdakwah dan berjihad melalui jalur politik. Ia diduga menerima uang suap dari Walikota Semarang, yang diberikan melalui Sekretaris Daerah Kota Semarang, Achmad Zaenuri, yang kini juga menjadi tersangka.

Laporan : Puspita Dewi | Semarang, umi

Terpopuler: Alasan Heerenveen Lepas Nathan Tjoe-A-On, Calon Kiper Timnas Indonesia Sabet Scudetto
Foto: Istimewa

Cerita Perjuangan TikTokers Sasya Livisya, Sering Dapat Hate Comment karena Penampilannya

Setelah melalui berbagai proses yang panjang, Sasya Livisya menyampaikan pentingnya hate comment dalam setiap konten yang diposting di sosial media.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024