- REUTERS/Darren Whiteside
VIVAnews - Tepat tujuh tahun lalu, Mahmoud Abbas terpilih menjadi presiden Palestina setelah menang pemilihan umum. Pemilu kali ini merupakan yang pertama bagi Palestina sejak 1996.
Menurut stasiun berita BBC, sejak kematian Yasser Arafat pada 11 November 2004, hubungan Palestina dengan Israel terus memburuk. Ariel Sharon, perdana menteri Israel saat itu, menolak berunding dengan Arafat yang dipandangnya sebagai teroris.
Abbas adalah salah satu pendiri faksi politik utama Palestina, Fatah. Ia dipandang sebagai pemimpin moderat dan arsitek utama di balik penandatangan perjanjian damai Oslo pada tahun 1990-an.
Pada tahun 2003, Abbas menjabat perdana menteri Palestina di bawah Presiden Yasser Arafat. Namun, setelah empat bulan terlibat konflik kekuasaan dengan Arafat, Abbas mengundurkan diri dari pemerintahan.
Setelah Arafat meninggal, Abbas terpilih sebagai ketua Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Mahmoud Abbas dilantik sebagai presiden Palestina pada 15 Januari 2005. Pada masa pemerintahannya, proses perdamaian dengan Israel kembali dilanjutkan.
Puncaknya, pada bulan Agustus 2005, PM Israel Ariel Sharon menarik mundur tentaranya dari Jalur Gaza sebagai bagian dari kesepakatan damai dengan Palestina.
Abbas hingga kini terus berjuang mewujudkan kedaulatan yang penuh bagi Palestina. Perundingan yang maju-mundur dengan Israel serta konflik politik antara kelompok Fatah dengan Hamas, yang menguasai wilayah Palestina di Jalur Gaza, merupakan tantangan utama bagi Abbas untuk mewujudkan ambisinya itu.