- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVAnews - Tim Evaluasi dan Investigasi Runtuhnya Jembatan Kutai Kartanegara menyatakan bahwa beberapa material mengalami pelemahan akibat fatik (kegagalan material), fraktur atau retak/patah, koros, dan stress concentration (konsentrasi tegangan).
"Dalam sambungan material yang ada, mengalami pelemahan akibat fatik, fraktur, korosi dan stress concentration. Kita juga menjumpai besi cor yang keropos pada materialnya," ujar Ketua Tim Evaluasi dan Investigasi Teknik Runtuhnya Jembatan Kutai Kartanegara, Iswandi Imran saat Konferensi Pers di Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta, Rabu 11 Januari 2012.
Kondisi tersebut, tambah Iswandi, diperoleh dari lapangan dan hasil belahan secara mendalam dan terlihat adanya tanda-tanda keropos. "Banyak titik-titik atau bolong-bolong kecil dan menimbulkan efek pelemahan pada sistem sambungan itu," ujarnya.
Dia menuturkan, dari luka lama itu semua berakumulasi pada saat pemeliharaan, ditambah adanya tegangan walaupun tidak banyak.
"Sebelum jembatan itu runtuh, diamati dari Tenggarong ke Samarinda ada pola perubahan bentuk atau deformasi yang kelihatannya tidak normal. Jadi, banyak aspek operasional dan pemeliharaan yang menyebabkan kegagalan struktur," katanya.
Selain itu, Iswandi mengatakan bahwa kegagalan pada sistem sambungan antara batang hanger dan kabel utama pada dasarnya terjadi akibat akumulasi masalah sejak jembatan direncanakan. "Pekerjaan pemeliharaan yang tidak terjadwal dengan baik menjadi pemicu akhir runtuhnya jembatan," ujarnya. (sj)