UGM: Konversi Premium ke Gas Penting, Asal...

Ilustrasi/Pengisian bahan bakar minyak di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum.
Sumber :
  • VIVAnews/ Muhamad Solihin

VIVAnews - Pemerintah harus memperhatikan infrastruktur pembatasan bahan bakar minyak (BBM). Nantinya, pengguna mobil pribadi akan beralih dari Premium ke BBM non subsidi atau ke bahan bakar gas. Meski kebijakan itu bertahap di Pulau Jawa dan Bali, dengan infrastruktur yang belum siap, maka dampaknya akan sangat berat bagi masyarakat.

"Masyarakat hanya punya pilihan menggunakan Pertamax, karena SPBG yang dibangun belum merata," ujar Ketua Tim Peneliti Gas Universitas Gadjah Mada, Jayan Sentanuhadi, di Yogyakarta, Kamis, 12 Januari 2012.

Menurut dia, konversi dari Premium ke gas dinilai kebijakan yang terburu-buru, karena jika menggunakan gas akan berimbas pada keselamatan penggunanya. "Kami sepakat nantinya pengguna Premium (BBM bersubsidi) harus berganti ke gas, karena keterbatasan energi. Namun, jika dilaksanakan pada April sangat terburu-buru," kata Jayan.

Permasalahan lain, dia melanjutkan, meski pembangunan SPBG bisa cepat, penggunanya harus melengkapi dengan converter kit yang harganya tidak murah. Kendala lainnya yaitu penyediaan bengkel, kualitas gas, dan masalah lain.

Ia menuturkan, pada saat percobaan di UGM, terdapat kendala ketika converter kit dipasang untuk mobil berbahan bakar Solar dibandingkan dengan mobil yang menggunakan Premium.

"Kami telah melakukan uji kelayakan 3 kali dengan converter kit yang hasilnya cukup baik. Padahal, uji kelayakan converter kit seharusnya 10 kali baru dinyatakan lolos dan aman untuk digunakan," ujarnya.

Ia mengatakan, pemerintah seharusnya melihat kenyataan di masyarakat bahwa belum semua menerima dan bersedia menggunakan gas, akibat trauma kasus penggunaan tabung gas 3 kilogram.

Oleh sebab itu, UGM akan melayangkan surat kepada pemerintah untuk menunda penggunaan gas sebagai pengganti Premium. Langkah itu bisa dilakukan jika ada kesiapan infrastruktur dan pengetahuan dari masyarakat terkait dengan penggunaan gas untuk kendaraan.

"Jangan terburu-buru, karena tidak mudah untuk mengubah perilaku masyarakat. Perlu juga dipikirkan infrastruktur yang menunjangnya," katanya. (Laporan: Juna Sanbawa l Yogyakarta, art)

MK Pastikan Tak Ada Deadlock Putuskan Perkara Sengketa Pilpres
Ilustrasi pasien dirawat di rumah sakit.

Ahli Ungkap 7 Tanda Sekarat hingga Sebabkan Kematian, Apa Saja?

Tanda dari kondisi sekarat umumnya bisa terlihat dari perubahan pada tubuh entah wajah, mata atau bahkan pembicaraan yang kadang dirasa aneh oleh keluarga.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024