- VIVAnews/ Ikhwan Yanuar
VIVAnews - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa besarnya potensi penerimaan negara dari sektor batu bara dan non migas lainnya belum maksimal. Ini terkait dengan tata kelola di daerah yang belum efektif.
Menurut Wakil Menteri ESDM, Widjajono Partowidagdo, sejauh ini penerimaan dari sektor non migas masih rendah yakni sekitar Rp60-70 triliun. Angka ini jauh dibandingkan sektor migas yang telah menyumbangkan sekitar Rp270 triliun ke kas negara.
"Orang itu kadang-kadang terlalu mengulik di migas. Coba lihat di batu bara, pendapatan pemerintah berapa, pendapatan batu bara cuma Rp60-70 triliun, migas itu Rp270 triliun. Padahal, setaraf migasnya. Batu bara sama migas hampir 1,5 kali lipat. Harusnya, pemerintah itu fokus saja di batu bara sama tambang umum," tuturnya saat ditemui di Kantor Menko Perekonomian, Jakarta, Selasa 17 Januari 2012.
Ekspor batu bara selama ini, lanjutnya, sebesar 80 persen dari produksi, sedangkan gas hanya 50 persen. Jika ingin menggenjot penerimaan negara, kedua hal ini perlu untuk dimaksimalkan. "Jadi, bereskan saja batu bara, selesai masalah Indonesia," kata Widjajono.
Widjajono menengarai, kurangnya data yang dimiliki menjadi penyebab dari rendahnya penerimaan pajak dari sektor non migas.
"ESDM wajib memperbaiki yang dulu, karena dulu desentralisasi menyebabkan bupati itu puasa. Jadi, bupati itu kadang-kadang tidak terlalu sadar dengan permasalahannya.
Akibatnya, dia jadi nggak pas kebijakannya. Itu namanya information asimetris, orang yang ngambil kebijakan bisa keliru," tuturnya. (ren)