- VIVAnews/ Muhamad Solihin
VIVAnews - Pemerintah berencana untuk membatasi pemakaian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi per 1 April 2012 dan menggalakkan konversi BBM ke bahan bakar gas (BBG).
Ekonom Universitas Gajah Mada Tony Prasetyantono mengungkapkan, daripada pemerintah melakukan pembatasan subsidi BBM, lebih baik menerapkan kebijakan dengan mengelompokkan harga BBM ke dalam tiga jenis.
Menurut Tony, pengelompokan tersebut terdiri dari atas subsidi penuh (fully subsidized), subsidi sebagian (partially subsidized), dan harga tanpa subsidi (non-subsidized).
"Pemerintah sebaiknya memberlakukan subsidi penuh untuk kendaraan dengan harga Rp4.500 per liter dan subsidi sebagian harganya Rp6.500 per liter untuk kendaraan umum," ujar Tony di acara Dampak Krisis Eropa Terhadap Bisnis Bank di Jakarta, Kamis 19 Januari 2012.
Sedangkan BBM non-subsidi (Pertamax) sebesar Rp8.000 per liter, lanjut Tony, di khususkan untuk mobil atau kendaraan pribadi roda empat. Sebab, seharusnya subsidi BBM diperuntukkan bagi kendaraan bermotor yang rawan kerentanan.
"Memang ada orang kaya naik motor, tetapi kecil. Jadi, bila terekspresikan sekitar 90 persen pengendara motor itu yang rentan. Jadi, menurut saya daripada kita buat skema yang macam-macam pengawasannya, lebih baik kalau motor ya tidak dinaikkan. Tapi ini untuk motor saja, yang pakai mobil tidak boleh," tegasnya. (eh)
Siapkan Tenaga Kerja yang Kompeten, Kemnaker Ajak Jepang Investasi Pelatihan Bahasa
Kemnaker mengajak pemberi kerja Jepang untuk berinvestasi dalam memberikan pelatihan bahasa Jepang bagi kandidat SSW Indonesia.
