- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVAnews - Krisis Eropa telah membuat permintaan minyak sawit mentah (CPO) turun tajam. "Untungnya India, China dan Pakistan, akan meningkat," kata Direktur Utama PT SMART Tbk, Daud Dharsono.
Daud mengungkapkan ketika berbincang dengan VIVAnews.com, di Plaza BII, Jakarta, Jumat 20 Januari 2012.
Saat iniĀ ekspor CPO terbesar ke India, lalu ke China, dan baru ke Eropa. Sedangkan keempat ke negara-negara lain. "Memang krisis itu akan berpengaruh terhadap permintaan CPO," katanya.
"Tapi, secara totalitas dunia mestinya perkembangan, permintaan minyak nabati dunia, dalam hal ini CPO, seharusnya meningkat."
Produksi CPO Indonesia, lanjut Daud, pada 2010 lalu mencapai 23,1 juta ton dan pada 2011 meningkat menjadi 25,2 juta ton. Padahal konsumsi di dalam negeri hanya 6,5 juta ton. "Berarti harus ada ekspor 18 juta ton," kata dia.
Untuk itu, kata Daud, khusus untuk industri hilir CPO, dia menyarankan pelaku industri dengan pemerintah harus menciptakan kondisi ekonomi yang dapat berjalan secara kompetitif.
"Misalnya ekonomi biaya tinggi, pelabuhan ekspor harus baik, aturan tenaga kerja harus mendukung. Sehingga ada insentif kepada pelaku industri yang akan melakukan investasi di industri hilir. Pemerintah yang punya peran," kata dia. (umi)