- Toyota
VIVAnews - Setelah meramaikan pasar SUV Indonesia sejak 2005, pada 2011 Toyota Fortuner berhasil memimpin penjualan pasar di segmennya dengan gemilang, seperti taglinenya, The World is Mine. Produksi lokal Indonesia yang berstandar internasional ini telah diekspor ke berbagai negara di Asia dan Timur Tengah, serta telah teruji ketangguhannya.
Diperkenalkan pertama kali pada 2005, Toyota Fortuner hanya hadir dengan varian 2.7 AT gasoline. Pada tahun 2007 varian bertambah dengan hadirnya G 2.5 MT Diesel, dan pada tahun 2008, penyegaran diberikan bagi para penggemar Fortuner melalui Fortuner minor change.
Pada tahun berikutnya, Toyota secara resmi memperkenalkan varian 2.5 AT Diesel dan Fortuner TRD Sportivo, memberikan pilihan yang lebih luas bagi para pengguna Toyota Fortuner. Kemudian pada 2010, Toyota menghadirkan minor change bagi Fortuner, sebelum pada akhirnya meluncurkan Grand New Fortuner pada pertengahan tahun 2011.
Grand New Fortuner ini juga telah mendapatkan apresiasi positif dari pelanggan, hal ini terlihat dari peningkatan signifikan penjualan Fortuner dari semester pertama sebanyak 4,826 unit menjadi 7,486 unit pada semester dua, atau meningkat hingga lebih dari 55%.
Tidak hanya sekedar tagline, Toyota Fortuner membuktikan kelayakannya dengan memimpin pasar di segmennya sepanjang 2011. Menutup angka pencapaian total di akhir 2011, Toyota Fortuner memimpin pasar SUV 4x2 High dengan market share 28,5% atau 12,312 unit.
Pencapaian Toyota Fortuner di segmennya telah mengukuhkan ketangguhannya sebagai kendaraan SUV yang berkarakter urban di Jakarta. Selain telah membuktikan ketangguhannya dengan merebut hati pelanggan, Toyota Fortuner juga telah mendapatkan serangkaian apresiasi penghargaan dari berbagai pihak, seperti ICOTY 2009, Autocar Award 2009, ICOTY 2010, serta JD Power IQS 2010.
Pada akhir Desember 2011, Toyota Fortuner bahkan mendapatkan penghargaan dari Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) sebagai kendaraan yang paling rendah emisi dan hemat konsumsi bahan bakar, dalam rangka Public Expose Langit Biru.
Ketangguhan Toyota Fortuner juga diuji melalui keikutsertaan Toyota Fortuner mendukung program ekspedisi napak tilas perjalanan Marcopolo melintasi benua Eropa dan Asia, yang telah dilaksanakan sejak 17 Agustus 2011 bermula di Jakarta hingga tiba di Venice Italia pada Desember lalu. Pada program ini, 4 unit Toyota Fortuner telah dipercayai untuk mengantar tim menjelajahi 23 negara di 2 benua.
Melalui ajang ini, Toyota Fortuner telah menunjukkan ketangguhannya menempuh lebih dari 27.000 km selama kurun waktu 4 bulan, dalam berbagai medan dan kondisi cuaca. Perjalanan tersebut telah menunjukkan bahwa Toyota Fortuner sebagai produk lokal buatan Indonesia memiliki standar kualitas internasional, dan telah terbukti ketangguhannya di berbagai kondisi yang berbeda-beda.
Keberhasilan ini melengkapi beberapa ekspedisi lain yang juga pernah dilalui Toyota Fortuner, sebut saja Ekspedisi Anyer Panurakan pada 2008 dengani napak tilas menyusuri jalur utama pantai utara jawa yang telah berumur lebih dari 200 tahun. Toyota Fortuner juga pernah ambil bagian untuk mendukung salah satu bagian dari ekspedisi cincin api yang dilakukan pada 2011 lalu untuk mengupas tuntas kegunung-apian dan melacak jejak tsunami di Indonesia.
“Tentunya kami sangat bersyukur atas pencapaian yang diraih oleh Toyota Fortuner hingga bisa meraih peringkat nomor satu di segmennya. Kami berterimakasih atas dukungan semua pihak, termasuk juga bagi pelanggan, sekaligus meminta maaf pada pelanggan setia kami yang telah bersabar menunggu ketersediaan kendaraanya, akibat terbatasnya suplai di 2011. Ke depannya kami berharap agar semua pihak terus memberikan dukungannya terhadap Toyota Fortuner sebagai produk buatan Indonesia berstandar kualitas internasional, yang telah teruji kehandalannya,” ujar Johnny Darmawan, Presiden Direktur PT. Toyota Astra Motor.
Rilis seputar otomotif Anda ingin tampil di VIVAnews.com? Silakan mengirim ke hadi.suprapto@vivanews.com, kami akan memuatnya.
Cerita Herjunot Ali yang Sudah 20 Tahun Jadi DJ
Lebih lanjut, Herjunot Ali menuturkan bahwa menjadi seorang DJ memberinya sensasi yang berbeda dibandingkan dengan akting.
