CPO Ditolak AS, BPS Khawatir Ekspor Turun

Pekerja sedang memasukkan minyak sawit (CPO) ke kapal tongkang.
Sumber :
  • VIVAnews/Tri Saputro

VIVAnews - Pemerintah Amerika Serikat (AS) melarang masuknya produk minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dari Indonesia. Menanggapi hal itu, Badan Pusat Statistik (BPS) berpesan agar Indonesia harus segera masuk dalam program hilirisasi guna memacu kinerja ekspor.

Galaxy AI Hadir dalam Bahasa Indonesia, Cukup 3 Langkah

BPS memperkirakan kinerja ekspor CPO pada tahun ini bakal menurun di tengah tingginya produksi dalam negeri.

"Ekspor CPO kita merupakan olahan, nantinya," ujar Direktur Statistik Distribusi BPS, Satwiko Darmesto, saat ditemui usai acara jumpa pers di kantornya, Jakarta, Rabu, 1 Februari 2012.

Satwiko menjelaskan, kondisi yang tak menentu dari AS dan Eropa berpotensi menyebabkan penurunan kinerja ekspor, khususnya dari komoditas CPO. Apalagi, adanya kemungkinan kedua kawasan ekonomi itu bakal menolak menerima CPO.

Melihat kondisi tersebut, BPS menilai program hilirisasi komoditas CPO sudah mendesak dilaksanakan. Jika program ini tak dijalankan, kinerja ekspor Indonesia dipastikan akan tergerus signifikan.

Polisi Serahkan Selebgram Chandrika Chika ke BNNK Jaksel soal Kasus Narkoba, Mau Rehab?

Selama ini, BPS mencatat dominasi ekspor Indonesia lebih banyak ditopong oleh komoditas CPO. "Produksi kita besar, mencapai 53 persen (dunia)," kata Satwiko.

BPS juga menilai, Indonesia kemungkinan sulit untuk mengulang pertumbuhan ekspor sebesar 27-28 persen pada tahun ini. Hal itu berkaca dari pengalaman krisis pada 2008.

"Tahun 2008 kita butuh 18 bulan untuk ekspor bisa kembali pulih. Kalau untuk krisis saat ini, bisa kira-kira setahun," ujar dia seraya memperkirakan kinerja ekspor tahun ini hanya berkisar pada angka US$200 miliar. (art)

Selesaikan Persoalan Papua, Jusuf Kalla Beri Saran Begini ke Prabowo-Gibran
VIVA Militer: Pasukan militer Amerika Serikat (AS) di Israel

AS Gelontorkan Lagi Rp 420 Triliun Lebih untuk Perang Israel di Gaza

Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, pada Rabu, 24 April 2024, bersiap menandatangani paket bantuan yang telah lama tertunda, untuk mendukung perang Israel di Gaza.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024