Pemerintah Perlu Waspadai Kenaikan Impor

Pelabuhan Peti Kemas Pelindo II Tanjung Priok, Jakarta
Sumber :
  • Antara/ Hermanus Prihatna

VIVAnews - Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Unika Atmajaya, Jakarta, mengungkapkan, nilai impor Indonesia terus meningkat. Sebaliknya, nilai ekspor cenderung menurun.

Golkar Terbuka Jika Jokowi-Gibran Mau Gabung: Amin, Kami Anggap Doa

Untuk itu, pemerintah diminta mewaspadai tren kenaikan impor melalui peningkatan kapasitas manufaktur. "Naiknya impor itu harus diantisipasi dan diwaspadai," kata Kepala LPPM, Unika Atmajaya, Jakarta, A Prasetyantoko usai acara Economic and Capital Market Outlook Indonesia 2012, di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Kamis, 2 Februari 2012.

Dia menuturkan, likuiditas yang masuk ke Indonesia meningkatkan kemampuan daya beli masyarakat, sehingga konsumsi domestik tinggi. "Ini salah satu pendorong impor," ujar Prasetyantoko.

Prasetyantoko melanjutkan, investasi langsung asing atau foreign direct investment (FDI) masuk ke dalam negeri, sehingga menyedot bahan baku. Bahan baku itulah yang selama ini diperoleh dari impor. Dari sisi konsumsi dan bahan baku, permintaan impor akan tinggi.

"Tapi, ini yang harus diantisipasi. Kalau bahan baku impor itu tidak digunakan untuk basis industri atau hanya dikonsumsi, akan berbahaya pada defisit neraca perdagangan dalam jangka menengah," ungkapnya.

Dampak jangka panjangnya, dia menambahkan, pemerintah tidak memiliki dana karena defisit perdagangan, sehingga tidak ada investasi. "Tidak ada investasi maka tidak ada pertumbuhan. Investasi asing pun tidak mau masuk ke dalam negeri. Ini mengganggu perekonomian," ujarnya.

Menurut dia, ada peluang peningkatan kapasitas manufaktur Indonesia, terutama karena FDI tinggi seperti di farmasi, perhubungan, dan telekomunikasi. FDI itu meningkatkan impor, karena kebutuhan bahan baku.

"Jika kita tidak tingkatkan kapasitas manufaktur, sehingga ekspor dapat lebih baik, bisa menjadi bermasalah," katanya.

Pemerintah, kata Prasetyantoko, sebenarnya sudah ada konsep peningkatan industri di berbagai daerah melalui program MP3EI. Hanya saja, konsep tersebut ada missing link atau tidak mampu menarik investasi asing. "Konsep MP3EI belum dapat gerakkan investor untuk masuk," ungkapnya.

Mantan Wakil Presiden, Jusuf Kalla, juga mengatakan hal senada. Dia mengatakan, pemerintah harus mengantisipasi lonjakan impor dengan meningkatkan investasi industri dalam negeri.

"Ekspor tentu akan terus menurun saat ini. Namun, impor merupakan pilihan. Jika pemerintah terus menaikkan impor, harus ada peningkatan industri dalam negeri, sehingga dapat diekspor kembali dengan added value," ujarnya.

Kendati begitu, kata Kalla, ada empat hal penghambat pertumbuhan industri di dalam negeri yakni bunga, infrastruktur, energi, dan birokrasi.

"Saat negara-negara global mengalami perlambatan, Indonesia harus meningkatkan investasi dalam negerinya. Tentunya, saat ekonomi global pulih 2-3 tahun mendatang, ekspor kita bisa semakin bersaing di tingkat global," kata Kalla. (art)

Viral Obrolan Lawas Billy Syahputra dengan Chandrika Chika, Ibunya Singgung Soal Narkoba
VIVA Militer: Kapuspen TNI Mayjen TNI Nugraha Gumilar

Fakta-fakta Anggota TNI Tersambar Petir di Depan Mabes Cilangkap, 1 Meninggal Dunia

Dua orang anggota TNI tersambar petir di depan kawasan Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur. Hal itu diungkap Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen Nugraha Gumilar.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024