- VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVAnews - Ekonom dari Universitas Gajah Mada (UGM), Tony Prasetiantono, menilai Bank Indonesia akan tetap menahan BI Rate di level 6 persen pada Februari ini. Alasannya, fluktuasi nilai tukar rupiah yang belum stabil.
Tony, yang juga Komisaris Independen Bank Permata, mengatakan BI menyadari bahwa instrumen BI Rate hanya memiliki daya paksa kecil untuk menurunkan suku bunga kredit perbankan.
"Jangankan menurunkan suku bunga kredit, menurunkan bunga deposito saja bank belum berani. Hal ini akan berpengaruh pada dana pihak ketiga (DPK)," ujarnya.
Menurutnya penurunan suku bunga deposito itu sensitif dan bisa mengurangi DPK. Ketika ada guncangan, dolar akan menguat. "Perbankan khawatir jika bunga deposito turun maka DPK akan amblas," ujarnya.
BI sendiri menahan suku bunga BI Rate menjadi 6 persen mulai November. Untuk menurunkan suku bunga kredit, BI mengawasi bank yang masih menawarkan suku bunga deposito di atas penjaminan LPS.
Untuk mengurangi biaya operasional bank, BI juga mengkaji pembatasan pemberian hadiah bank kepada nasabah. (ren)