Pertumbuhan Dikoreksi, Penerimaan Pajak Turun

Dirjen Pajak Fuad Rahmany
Sumber :
  • ANTARA

VIVAnews - Pertumbuhan perekonomian yang akan dikoreksi diperkirakan berdampak pada penurunan penerimaan negara dari sektor perpajakan. Sektor pajak yang akan mengalami penurunan ialah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh) badan.

Direktur Jendral Pajak Kementerian Keuangan, Fuad Rahmany, mengatakan bahwa untuk tetap mempertahankan penerimaan pajak, pihaknya akan melakukan upaya ekstensifikasi dan intensifikasi.

"Hanya memang (penurunan) pertumbuhan itu juga sudah mengurangi potensi penerimaan pajak, tetapi tidak berarti penerimaannya (pajak) jadi turun. Sebab, kami kan juga melakukan hal-hal tersebut," ujarnya saat ditemui di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Jumat 17 Februari 2012.

Pukulan terbesar pada penurunan sektor pajak, lanjut Fuad, berada pada sisi PPN. Sedangkan PPh badan masih dapat diusahakan untuk tetap tumbuh, karena belum banyak wajib pajak menunaikan kewajibannya.

"Saya akan mengejar orang yang belum bayar pajak. Masih jutaan yang belum bayar pajak," tutur Fuad.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyatakan angka asumsi pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2012 sebesar 6,7 persen akan dikoreksi. Toh demikian, koreksi diperkirakan tidak banyak, karena masih ada faktor penunjang pertumbuhan.

Agus beralasan, pendorong pertumbuhan datang dari program-program pembenahan infrastruktur, belanja pemerintah, serta ekonomi domestik yang bertumbuh.

Pakar Ajak Masyarakat Dukung Perbaikan Pelayanan Publik Bea Cukai 

Ia menjelaskan, penyebab koreksi angka pertumbuhan ekonomi itu karena dampak krisis mulai terasa ke Indonesia. Hal ini terlihat, dari seimbangnya neraca pertumbuhan kuartal III dan IV pada 2011 di level 6,5 persen.

"Padahal di kuartal IV ada penyaluran anggaran yang begitu besar. Itu menunjukan bahwa kondisi kita ada dampak krisis global," tuturnya. (umi)

Guinea U-23

Terpopuler: Hoax soal Guinea dan Doping Uzbekistan

Performa gemilang Indonesia U-23 di Piala Asia U-23 sampai sekarang masih ramai dibicarakan publik. Sayangnya kini muncul narasi hoax yang ramai beredar di media sosial.

img_title
VIVA.co.id
8 Mei 2024