- VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVAnews - Bank Indonesia mencatat, perbankan Indonesia memberikan bunga deposito yang tinggi di atas angka inflasi. Padahal, di beberapa negara Asia, suku bunga deposito sesuai dengan angka inflasi atau bahkan di bawah inflasi masing-masing negara.
"Memang di Indonesia ini pengecualian di Asia Tenggara, atau mungkin di dunia," ujar Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution, di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Jumat 17 Februari 2012.
Darmin menjelaskan, di Asia Tenggara, semua bunga deposito itu selalu lebih rendah dari inflasi. Bahkan, di Filipina, bunga deposito hanya sekitar 3,5 persen hingga 4 persen. Angka ini di bawah inflasi Filipina sebesar 5,5 persen.
Dia menjelaskan, di beberapa negara seperti Thailand dan Malaysia, memberikan suku bunga deposito sekitar 2,5 persen hingga 3 persen, dengan kisaran inflasi 4 persen hingga 4,5 persen.
Di dalam negeri, inflasi tahunan 2011 sebesar 3,79 persen, dan inflasi Februari 2012 year on year sebesar 3,65 persen. Sementara itu, bunga deposito di perbankan Indonesia sebesar 5-6 persen.
"Di negara kita selalu diinginkan bunga deposito harus lebih tinggi dari inflasi. Padahal, itu yang punya uang 'ongkang-ongkang' kaki saja, dan tidak ada risikonya," ujar Darmin.
Darmin mengatakan, seharusnya orang kaya tidak hanya menaruh uangnya dalam bentuk deposito. Namun juga berinvestasi ke instrumen lain. Sebab, instrumen investasi memberikan imbal hasil lebih tinggi. Jika bunga deposito turun, bunga kredit juga akan mengikuti.
"Kalau mau dapat bunga tinggi, ya taruh di instrumen investasi. Memang ada risikonya, kan hasilnya lebih tinggi," ujarnya.
Mantan Dirjen Pajak itu juga menekankan agar perbankan Indonesia nantinya akan memberikan bunga deposito sesuai dengan kawasan negara lain. Penurunan suku bunga deposito tak akan cepat, namun BI akan meyakinkan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan pasar.
"Mari pelan-pelan menuju penurunan itu, supaya ekonomi lebih efisien. Supaya tingkat bunga kredit untuk UKM tidak terlalu mahal," kata Darmin.
BI melihat di beberapa negara kawasan, khususnya Asia Tenggara, kredit Indonesia jika dibandingkan produk domestik bruto (PDB) paling rendah. Kredit di Indonesia mencapai 30 persen dari PDB, padahal di negara lain ada yang mencapai 100 persen.
"Bagaimana mau bersaing? Bagaimana mau maju? Ini semua bertahap. Tapi, kita harus sama pemahamannya. Kalau tidak sama, maka tidak berjalan baik," tuturnya. (art)