- VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVAnews – Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) kembali melansir pengeluaran anggaran oleh DPR. Kali ini, menurut Fitra, DPR mengeluarkan dana pengecatan gedung sebesar Rp728.135.100 untuk menyambut acara pidato kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tanggal 16 Agustus 2012.
Koordinator Fitra, Uchok Sky Khadafi, mengatakan proyek pengecatan itu di antaranya mencakup pengecatan batu koral dan penyikatan lantai Gedung Nusantara DPR dengan alokasi anggaran Rp123 juta. Pemenang tender ini adalah CV. MTH yang beralamat di Jalan Basuki Rahmat No. 23C, Kelurahan Rawa Bunga, Kecamatan Jatinegara, Jakarta.
Sementara pengecatan dinding mozaik Gedung Nusantara DPR dialokasikan sebesar Rp162 juta. “Yang akan mengerjakan proyek ini adalah PT. Bagas Jaya Sakti yang beralamat di Jalan Raya Centex No. 28 Ciracas, Jakarta,” kata Uchok dalam siaran pers, Jumat, 10 Agustus 2012.
Selanjutnya pemeliharaan dome, archeam, dan listplank Gedung Nusantara DPR disebut memakan biaya sebesar Rp442 juta. Proyek ini juga dikerjakan oleh CV. MTH. Khusus proyek pemeliharaan yang satu ini, Fitra melihat adanya kejanggalan dalam proses tender.
“Harga yang mahal dimenangkan, harga yang murah dikalahkan. Hal ini dilihat dari kemenangaan lelang oleh CV. MTH dengan harga penawaran sebesar Rp442 juta,” ujar Uchok.
Padahal, imbuhnya, ada tiga perusahaan lain yang lebih rendah penawarannya, yaitu PT. Tripel Eratama dengan penawaran Rp402 juta, CV. Cipta Parimaha Mandiri dengan penawaran Rp411 juta, dan PT. Samoa Raya penawaran sebesar Rp416 juta.
Ketika dikonfirmasi soal pengeluaran anggaran ini, Sekretaris Jenderal DPR Nining Indra Saleh mengatakan akan memberi informasi soal ini. “Tapi nanti saja, karena saya sedang rapat,” kata dia.
Sementara Kepala Biro Pemeliharaan Bangunan dan Instalasi Setjen DPR, Sumirat, menyatakan baru mendengar soal rilis Fitra itu. “Nanti saya cek dulu. Sekarang saya masih rapat,” ujarnya.
Presdir P&G: Konsumen Adalah Bos
Presiden Direktur Procter & Gamble (P&G) Indonesia, Saranathan Ramaswamy menyebut bahwa konsumen adalah bos.
