G20 Antisipasi Munculnya Lagi Krisis Pangan

Ancaman Kekeringan
Sumber :
  • Antara/Rosa Panggabean

VIVAnews - Sejumlah anggota utama Kelompok 20 negara maju dan berkembang (G20) berencana menggelar pertemuan darurat untuk menanggapi naiknya harga-harga bahan pangan. Kenaikan ini terkait dengan krisis panen padi-padian di AS, yang dihantam kekeringan terburuk dalam setengah abad terakhir, maupun di sebagian Eropa.

Menurut kantor berita Reuters, Prancis, AS, dan Meksiko sebagai Ketua Bergilir G-20 akan mengadakan konferensi jarak jauh (melalui sambungan telekomunikasi) di akhir Agustus ini untuk menentukan apakah perlu menggelar pertemuan darurat berskala internasional.

MK Mulai Sidangkan Sengketa Pileg 2024 Hari Ini, Dibagi 3 Panel Hakim

Pertemuan ini dipandang perlu untuk membicarakan langkah-langkah mencegah terulangnya lonjakan harga pangan, yang memicu gejolak di beberapa negara pada 2008 lalu.

Dalam empat tahun terakhir, harga produk padi-padian di tingkat global sudah naik tiga kali. Situasi ini memicu kekhawatiran akan persediaan pangan dan tingkat inflasi.  
 
Seorang pejabat senior Brazil mengatakan bahwa krisis pangan yang mendunia ini bisa memaksa G20 untuk menyerukan intervensi dalam pasar komoditas fisik. Namun, seruan ini belum mendapat persetujuan dari beberapa negara seperti AS dan Kanada.

Bila jadi digelar, pertemuan darurat itu juga akan mengaktifkan Forum Tanggap Cepat G20 (Rapid Response Forum). Kelompok khusus itu dibentuk untuk mendorong aksi terpadu G20.

"Bila diperlukan, pertemuan Forum Tanggap Cepat bisa segera digelar secepatnya awal September," kata seorang pejabat Kementerian Pertanian Prancis, seperti dikutip stasiun berita BBC. "Tujuannya untuk membicarakan situasi ini dan mencegah langkah-langkah seperti embargo ekspor yang bisa merugikan banyak pihak," lanjut dia.

Bagi kalangan pengamat, tindakan G20 itu harus mengalami proses yang tidak mudah. G20 harus membujuk sejumlah negara berpengaruh, seperti AS dan Rusia, untuk menjamin tidak menerapkan kebijakan-kebijakan protektif  -seperti pengetatan atau larangan ekspor produk-produk tertentu- yang bisa merugikan sesama anggota G20.

Namun, upaya itu berat diwujudkan, mengingat AS tahun ini sibuk menggelar Pemilu Presiden. Selain itu, Rusia belum memberi sinyal untuk berkomitmen tidak lagi menerapkan larangan ekspor, seperti yang pernah mereka lakukan.

Empat tahun lalu, lonjakan harga pangan dunia memicu kerusuhan di 12 negara, termasuk Mesir dan negara-negara Arab lain sehingga terjadi revolusi. Selain itu, Rusia pun melarang ekspor gandum untuk mengamankan pasokan dalam negeri. (eh)

Presiden terpilih Prabowo Subianto di acara PBNU

Prabowo Pastikan Tak Ada Waktu Terbuang Sia-sia selama Masa Transisi Pemerintahan

Prabowo Subianto mengatakan menggunakan rentang waktu mulai dari sejak penetapan oleh KPU hingga sebelum serah terima jabatan pada 20 Oktober 2024 untuk menyiapkan diri.

img_title
VIVA.co.id
29 April 2024