Pakar: Orgasme Bisa Picu Kemarahan dan Depresi

Ilustrasi menderita.
Sumber :
  • http://health.kerals.com

VIVAlife - Meski banyak wanita sulit mencapainya, ternyata orgasme memberi manfaat untuk tubuh. Puncak hubungan seksual ini mampu mempengaruhi daya rangsang otak terhadap tubuh. Orgasme pada wanita juga dipercaya memiliki efek positif bagi kecantikan kulit karena dianggap sebagai salah satu cara mencegah penuaan dini.

Kemenkominfo Gelar Kegiatan Chip In "Menjadi Warga Digital yang Cakap, Beretika dan Berdaya"

Gerakan tubuh saat beraktivitas seks juga dapat mengurangi keriput. hal ini karena zat endorphins yang dihasilkan selama orgasme, akan menstimulasi sel anti kerutan di wajah. Peningkatan zat endorphin juga dapat membuat rambut bersinar dan kulit lebih halus.

Kepada surat kabar The Guardian, seorang pakar kesehatan, Dokter Melissa Sayer mengatakan, orgasme memang dapat menciptakan energi positif dalam diri yang mempengaruhi kebugaran. Namun, tahukah Anda bahwa orgasme juga dapat memicu kemarahan?

Mekanisme Sidang Sengketa Pileg 2024, MK Bagi 3 Panel Hakim

Ya, orgasme dapat memicu respon hormonal yang menyebabkan kemarahan. Jika terdapat pemicu yang dapat membuat Anda marah, Anda akan merasa sangat mudah untuk marah. Bahkan orgasme juga dapat menimbulkan rasa depresi.

Dr Richard A. Friedman, MD yang merupakan seorang psikiater mengatakan, "Banyak fenomena terjadi di mana pria dan wanita merasa dysphoria atau pengertian umumnya adalah ketidakpuasan atau ketidakbahagiaan dengan kehidupan."

Waketum Nasdem Ahmad Ali Temui Prabowo Minta Dukungan Maju Pilgub Sulteng

Masih Misteri

Dysphoria terjadi setelah orgasme yang intens, yang didapatkan setelah berhubungan seksual dengan orang yang dicintai. "Sejauh ini, hal tersebut masih merupakan misteri dan terus diteliti. Hal ini dikarenakan semakin banyak orang yang mengaku mengalami periode 4 hingga 6 jam depresi dan mudah tersinggung setelah orgasme," tambahnya.

Kondisi ini juga dikenal sebagai "Blues coital posting". Menurutnya, sejauh ini masih sedikit penelitian yang dilakukan terkait masalah itu. Bahkan, ia mengatakan hanya sedikit sekali yang dapat diteliti mengenai apa yang terjadi di otak setelah berhubungan seks. (ren)



Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya