Pekan Ini, Bursa RI Dibayangi Tekanan Jual

Lantai Bursa Efek Indonesia
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVAnews - Lantai Bursa Efek Indonesia pekan ini bakal diramaikan dengan aksi tekanan jual oleh pelaku pasar periode Senin-Jumat, 1-5 Oktober 2012.

Bank Mandiri Kembali Raih Peringkat Satu Top Companies 2024 versi LinkedIn

Selain secara historikal, bulan Oktober selalu didera pelemahan. Sentimen positif rencana stimulus ekonomi yang sudah terfaktorkan di pasar juga menjadi penyebabnya.

Pada awal transaksi hari ini, IHSG dibuka turun di posisi 4.248, atau melanjutkan prapembukaan pagi tadi yang melemah 12,87 poin atau 0,31 persen ke level 4.249,68.

Mobil SUV Chery Omoda 7 Tak Lama Lagi Meluncur, Ini Bocoran Spesifikasinya

David Cornelis, Head of Research KSK Financial Group berpendapat, fenomena perilaku rasional pelaku pasar terefleksi pada indeks saham pada Oktober yang bervolatilitas tinggi dan cenderung terkoreksi. 

"Itu terjadi secara historikal, tercatat pada 1929, 1987, dan 2008 yang menjadi tiga tahun penurunan terendah bagi indeks. Kejadian ini biasa disebut dengan The Mark Twain Effect," kata David kepada VIVAnews, Senin 1 Oktober 2012.

Israel Tembakkan Rudal ke Iran, Harga Emas dan Minyak Mentah Terbang

Bahkan, David menambahkan, meski ada rapat mengenai stimulus yang akan digelar The Fed serta pertemuan Bank Sentral Jepang, Eropa, dan Inggris pada pekan pertama bulan ini, sepertinya kondisi itu tidak berpengaruh banyak. Sebab, kebijakan pelonggaran moneter global itu sudah terfaktorkan di pasar pada September lalu.

"Yang tersisa hanya risiko liquidity trap di dalam ekonomi, yang harus segera ditransmisikan pada sektor riil untuk sinkronisasi sisi moneter dan fiskal guna menghindari tertiupnya ‘gelembung’ di dunia keuangan saat ini," ujarnya.

Selain itu, David melanjutkan, bursa saham Amerika Serikat masih akan menjadi perhatian investor. Pada akhir perdagangan pekan lalu, bursa AS kembali terpangkas oleh faktor data sentimen konsumen yang turun ke level 78,3 dan produk domestik bruto yang hanya tumbuh 1,3 persen. Angka ini lebih rendah dari ekspektasi pasar, sehingga bisa menambah sentimen negatif ke pasar saham domestik. 

Edwin Sebayang, analis PT MNC Securities juga berpendapat, indeks harga saham gabungan berpotensi tertekan. Sebab, selain sentimen negatif data manufaktur dan pasar tenaga kerja AS yang berlanjut melemah, data ekonomi China yang diprediksi negatif turut memberikan tekanan. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya