- VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVAnews - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Rudi Rubiandini, mengungkapkan, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi merupakan solusi paling jitu guna menekan jebolnya kuota subsidi BBM tahun ini yang dipatok 46 juta kiloliter.
Rudi menjelaskan, dengan kenaikan harga BBM bersubsidi Rp1.500 per liter atau menjadi Rp6.000 per liter, kuota BBM bersubsidi tetap jebol hingga 48,67 juta kiloliter.
"Kalau tidak (naik) jadi Rp6.000, itu bisa sampai 50 juta kiloliter," ujar Rudi di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Kamis 10 Januari 2013.
Upaya lain untuk meredam jebolnya kuota BBM subsidi, menurut dia, seperti pengendalian konsumsi BBM bersubsidi oleh mobil pribadi juga percuma dilakukan. Sebab, infrastruktur penunjang kebijakan pengendalian tersebut belum lengkap hingga saat ini.
"Aduh, saya angkat tangan deh kalau konsumsi BBM mobil pribadi dibatasi. Misalnya, siapa yang jagain di SPBU. Ada berapa SPBU di Indonesia. Terus bekerja 24 jam, pagi, siang, malam, siapa? Duitnya dari mana," ungkapnya.
Rudi optimistis, cepat atau lambat pada tahun ini pemerintah akan menaikkan harga BBM bersubsidi tersebut. "Saya sih tetap optimistis, karena itu kan solusinya Rp6.000-6.500 per liter," tuturnya. (art)