Sumber :
- REUTERS/Stringer
VIVAnews - Gunung Rokatenda di Pulau Palue, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, meletus sejak Sabtu malam hingga Minggu 3 Februari 2013.
Letusan yang dirasakan cukup dahsyat karena lontaran lava pijar dan abu vulkanik yang dikeluarkan dari kawah gunung mencapai ketinggian hingga 500-1000 meter. Letusan itu disertai bunyi dentuman dan suara gemuruh, terdengar dari pos pengamatan yang berada di pantai utara NTT dengan jarak 17 kilometer arah selatan Gunung Rokatenda.
Selain dirasakan oleh warga di Pulau Palue, letusan juga dirasakan warga di daratan Pulau Flores, NTT. Sebagian besar wilayah di Pulau Flores pun diguyur abu vulkanik akibat letusan gunung di bagian utara NTT tersebut. Rumah-rumah penduduk terutama di utara Flores diselimuti abu setebal sekitar satu milimeter
Sebanyak delapan desa di Pulau Palue terancam. Kepala pos pemantau gunung Rokatenda, Frans Wange, meminta warga yang masih berada di Palue segera mengungsi ke daratan Flores.
Lihat videonya
Status Gunung Api Rokatenda dinaikkan dari normal ke Waspada (level II) sejak 9 Januari 2012 pukul 21.00 WITA. Pada tanggal 13 Oktober 2012 pukul 17.00 WITA, status Gunung Api Rokatenda dinaikkan menjadi Siaga (level III).
Gunung Api Rokatenda sempat meletus pada tanggal 8 Oktober 2012 pukul 19.46 WITA. Letusan itu disertai suara dentuman dan sinar api serta lontaran material pijar yang menyebabkan kebakaran semak belukar di sekitar kawah.
Gunung Rokatenda atau juga disebut Gunung Paluweh merupakan sebuah gunung berapi di Pulau Palue, sebelah utara Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Letusan terhebat pernah terjadi pada 4 Agustus-25 September 1928. Penduduk Palue saat itu sebanyak 266 jiwa. Letusan terakhir terjadi pada 23 Maret 1985 dengan hembusan abu mencapai 2 kilometer dan lontaran material lebih kurang 300 meter di atas puncak. Setelah 20 tahun "tidur", Rokatenda kembali menunjukkan aktivitasnya pada 16 Januari 2005. (umi)
Halaman Selanjutnya
Gunung Rokatenda atau juga disebut Gunung Paluweh merupakan sebuah gunung berapi di Pulau Palue, sebelah utara Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Letusan terhebat pernah terjadi pada 4 Agustus-25 September 1928. Penduduk Palue saat itu sebanyak 266 jiwa. Letusan terakhir terjadi pada 23 Maret 1985 dengan hembusan abu mencapai 2 kilometer dan lontaran material lebih kurang 300 meter di atas puncak. Setelah 20 tahun "tidur", Rokatenda kembali menunjukkan aktivitasnya pada 16 Januari 2005. (umi)