Pebisnis Amerika Minta AS-China Serius Perangi Hacker

Ilustrasi penggunaan internet di layar komputer.
Sumber :
  • REUTERS/Brian Snyder
VIVAnews
- Serangan siber (
cyber
) sudah membuat resah para pengusaha Amerika. Mereka pun mendesak pemerintah AS dan China untuk serius mengatasi serangan atas jaringan komputer korporat, baik penyusupan maupun pencurian data, yang kian menjadi-jadi.


"Kami hanya ingin berkata inilah saatnya bagi pemerintah untuk bertindak," kata John Frisbie, presiden Dewan Bisnis AS-China, seperti dikutip kantor berita
Reuters
di Washington DC pada Senin waktu setempat. "Kami tahu banyak perusahaan yang kini terus menjadi sasaran dalam upaya menembus sistem mereka secara global," lanjut Frisbie, mengatasnamakan dewan yang mewakili 230 perusahaan Amerika yang beroperasi di China. 


Perusahaan-perusahaan media kelas kakap Amerika mengaku sudah menjadi korban serangan para peretas (
hacker
), yang dicurigai dari China. Mereka adalah
The New York Times
,
Wall Street Journal
, dan
The Washington Post
.


Para media itu mengaku dalam beberapa hari terakhir sudah berkali-kali sistem komputer mereka diserang para
hacker
. Bahkan,
Washington Post
mengaku sudah mulai diserang sejak 2011.


Pemkot Tangsel Raih Opini WTP 12 Kali Berturut, Benyamin: Kami Selalu Bertekad Pertahankannya
Frisbie tampak enggan secara eksplisit menyebut China sebagai pihak yang bertanggungjawab atas maraknya serangan para
hacker
Sosok Jenderal Kopassus di Balik Operasi 20 Menit Rebut Homeyo dari Tangan OPM
. Dia hanya mengatakan bila masalah itu gagal ditanggapi serius bisa mengancam hubungan dagang dua negara yang sudah konstruktif.

Pemain Timnas Malaysia Faisal Halim Terancam Pensiun Dini Akibat Serangan Air Keras

"Ini sudah menjadi masalah serius. Kami ingin kedua pemerintah bekerja bersama dan bagaimana mengatasinya terlepas dari mana masalah itu berpangkal dan kami mendorong mereka untuk bertindak tahun ini," kata Frisbie.


Sementara itu, pemerintah China berkali-kali menegaskan sikapnya yang menentang sabotase apapun di dunia maya. Beijing mengaku juga bermasalah dengan ulah para peretas. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya