- VIVAnews/Fajar Sodiq
VIVAnews - Setelah menyita rumah milik Irjen Djoko Susilo di Jalan Sam Ratulangi Nomor 16 Manahan Solo, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali menyita rumah milik tersangka tindak pencucian uang Simulator SIM, Irjen Djoko Susilo di Jalan Perintis Kemerdekaan Nomor 70, Sondakan, Laweyan, Solo.
Pantauan VIVAnews, di gerbang depan rumah kuno bergaya indische dipasang papan pengumuman yang bertuliskan bahwa tanah dan bangunan ini telah disita dalam perkara tindak pidana pencucian uang dengan tersangkan Djoko Susilo. Papan tersebut dipasang oleh petugas KPK sekitar pukul 08.30 WIB.
Dalam penyitaan tersebut, KPK mengajak Ketua RT 01 RW 05 Sondakan, Suharto untuk menjadi saksi. “Pak RT harus menyaksikan pemasangan segel penyitaan,” kata Suharto kepada VIVAnews, menirukan ucapan petugas KPK, Kamis, 14 Februari 2013.
Saat penyegelan itu, Suharto sempat melihat kondisi rumah yang memiliki luas sekitar 5.000 meter persegi. “Saya baru pertama kali melihat kondisi rumah itu. Karena sejak berpindah tangan pemilik, saya belum pernah masuk. Ternyata rumahnya sekarang sangat bagus,” ujar dia.
Suharto mengaku tak tahu pasti siapa pemilik rumah tersebut. Dia baru tahu pemiliknya Djoko Susilo, setelah KPK menyegel rumah tersebut. “Dulu rumah yang cukup besar itu milik Bu Priyo Suharto. Kemudian diwariskan kepada anak-anaknya yang jumlahnya cukup banyak. Nah, setelah itu rumah dijual kepada Candra Cahyadi,” kata dia.
Sejak rumah itu dimiliki atas nama Candra Cahyadi, dia mengaku belum pernah bertemu dengan pemilik baru. “Saya sudah sering minta KTP dan KK tetapi tidak pernah dikasih. Saya meminta KTP dan Kartu Keluarga sejak dua tahun yang lalu,” ujarnya.
Rumah tersebut, disebutkan Suharto, hanya dihuni oleh penjaga rumah yang bernama Sumeri. Dia tinggal bersama istri dan kedua anaknya. “Kalau pemiliknya benar-benar tidak tahu dan kelihatannya tertutup,” katanya.
Bahkan, saat rumah itu direnovasi sekitar tiga tahun yang lalu, para tukangnya juga tidak mengetahui siapa pemilik rumah yang saat itu sedang direnovasi. “Tukang-tukangnya saja tidak tahu,” katanya. (eh)