Sumber :
- VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVAnews
- Nilai tukar rupiah pagi ini kembali melemah terhadap dolar AS. Data kurs referensi Bank Indonesia dalam Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) mematok rupiah di level Rp11.930 per dolar AS.
Pergerakan rupiah pada Kamis 28 November 2013 itu makin mendekati posisi Rp12.000 per dolar AS. Rupiah melemah 117 poin dibanding sehari sebelumnya di level Rp11.813 per dolar AS.
Ekonom PT BNI Securities, Heru Irvansyah, mengatakan, tekanan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih akan terus berlangsung. Kondisi ini akibat tingginya permintaan dolar AS untuk kebutuhan pembayaran utang dan bunga, karena adanya transaksi ekonomi sebelumnya.
"Tingginya permintaan dolar AS di pasar domestik memicu tekanan berkelanjutan terhadap rupiah seperti yang selama ini terjadi," ujar dia dalam analisisnya, hari ini.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Difi A Johansyah, pernah mengatakan, nilai tukar rupiah sempat stabil pada Oktober lalu, karena dipengaruhi terkendalinya permintaan impor non migas, sejalan moderasi pertumbuhan ekonomi.
Selama bulan lalu, nilai tukar rupiah secara
point to point
menguat 2,73 persen (mtm) menjadi Rp11.273 per dolar AS. Namun, secara rata-rata melemah 0,14 persen (mtm) menjadi Rp11.343 per dolar AS.
Dia menjelaskan, perkembangan rupiah dipengaruhi kondisi pasar keuangan global selama Oktober 2013 yang cukup baik, serta penurunan ekspektasi inflasi domestik. Kondisi itu mendorong masuknya aliran modal asing ke instrumen pasar keuangan domestik, khususnya Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Utang Negara (SUN).
"Ke depan, Bank Indonesia akan terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan kondisi fundamentalnya," katanya.
Sementara itu, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara, menjelaskan, pelemahan rupiah saat ini dapat mendorong pengurangan impor. Perbankan pun bisa mengurangi kredit yang berorientasi impor.
"Dengan melemahnya rupiah, diharapkan impor barang, terutama barang yang tidak produktif bisa berkurang," kata dia. (eh)
Halaman Selanjutnya
"Tingginya permintaan dolar AS di pasar domestik memicu tekanan berkelanjutan terhadap rupiah seperti yang selama ini terjadi," ujar dia dalam analisisnya, hari ini.