Sumber :
- VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVAnews
- Pengamat Ekonomi, Destry D, mengatakan penyebab utama pelemahan rupiah terhadap dolar adalah defisit transaksi berjalanan
Current Account Deficit
(CAD), Senin, 2 Desember 2013.
Menurutnya, defisit kali ini tergolong cukup parah. "Defisit kali ini sudah 7 triwulan sehingga susah bangkit kembali," ujarnya dalam sebuah diskusi Forum Ekonom Indonesia di gedung BRI, Jakarta.
Baca Juga :
Terima Kunjungan LBBP Jepang, Menaker Berharap Kerja Sama Ketenagakerjaan Indonesia-Jepang Meningkat
Baca Juga :
Skenario Tante Bunuh Keponakan di Tangerang, Ambil Perhiasan Korban Biar Dikira Kasus Pencurian
Menurutnya, defisit kali ini tergolong cukup parah. "Defisit kali ini sudah 7 triwulan sehingga susah bangkit kembali," ujarnya dalam sebuah diskusi Forum Ekonom Indonesia di gedung BRI, Jakarta.
Destry membandingkan dengan pelemahan rupiah pada masa krisis global tahun 2009. Ketika itu nilai rumah lebih rendah dari kondisi sekarang. Namun, menurutnya, defisit transaksi berjalan ketika itu hanya 1 triwulan saja. "Sehingga rupiah cepat pulih kembali," katanya.
Ekonom dari BTN, Prasentiantoko, mengatakan satu-satunya solusi untuk mengatasi CAD yakni pada sektor riil. "Pemerintah harus berupaya mengurangi impor dan menggenjot ekspor" katanya.
Sementara itu, Destry menambahkan mengurangi impor dengan menaikkan pajak impor tidak efektif. Menurutnya, pemerintah harus melihat sektor apa saja yang paling besar impornya. "Pemerintah cukup menekan impor pada sektor itu," katanya.
Selain itu, Destry menuturkan pemerintah tidak perlu, misalnya, membuka kilang minyak baru. Pemerintah, menurutnya, cukup melakukan mandatory. "Misalnya konversi mobil pribadi ke bio diesel," ujarnya. (eh)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Destry membandingkan dengan pelemahan rupiah pada masa krisis global tahun 2009. Ketika itu nilai rumah lebih rendah dari kondisi sekarang. Namun, menurutnya, defisit transaksi berjalan ketika itu hanya 1 triwulan saja. "Sehingga rupiah cepat pulih kembali," katanya.