- VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis
VIVAnews - Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla, Selasa 3 Desember 2013, menyatakan melemahnya nilai tukar rupiah tidak selalu buruk. Kegelisahan terhadap kurs rupiah menembus level Rp12.000 per dolar AS menurutnya hanya dirasakan masyarakat perkotaan.
"Untuk kita yang di Jakarta ini, yang membeli barang-barang impor, mungkin itu buruk," ujar JK, demikian ia disapa, usai usai menjadi pembicara pada The Third International Islamic Conference on Media di Jakarta.
Namun di sisi lain, pelemahan terhadap rupiah dapat menguntungkan bagi para petani. Karena, porsi ekspor komoditas pertanian dalam neraca perdagangan Indonesia cukup besar.
"Orang Sumatera yang menjual karet, kelapa sawit, itu mendapatkan penghasilan yang lebih banyak. Orang Sulawesi yang menjual udang, yang menjual cokelat, itu menguntungkan dengan dolar Rp12.000 itu," kata JK.
Menurut JK, pelemahan terhadap rupiah disebabkan faktor internal dan faktor eksternal. "Melemahnya ekonomi Eropa membuat ekspor kita menurun ke situ. Pada saat yang sama impor kita naik," kata JK.
Namun, JK meyakini bahwa nilai tukar rupiah akan menemukan keseimbangan baru. Dengan demikian laju perekonomian akan kembali stabil.
"Sebenarnya rupiah itu terkoreksi untuk memberikan keseimbangan baru buat masyarakat juga," kata JK. (ren)