"Lawan" Google, Twitter dan Facebook dengan Aplikasi Buatan Lokal
- XL Axiata
VIVAnews - Operator seluler berharap pemerintah mengambil langkah bijak terkait pertumbuhan Over The Top (OTT), seperti Google, Twitter, dan Facebook, yang kian signifikan. Meski selama ini bekerja sama dalam memberikan layanan kepada pelanggan, namun OTT dianggap tidak adil karena menumpang jaringan yang telah dibangun operator telekomunikasi.
Presiden Direktur PT XL Axiata, Hasnul Suhaimi, menganalogikan keberadaan OTT seperti ungkapan benci tapi rindu. Di satu sisi, OTT tidak membuat pendapatan operator menjadi maksimal, tapi di sisi lain, layanan OTT digandrungi oleh pelanggan seluler.
"Strategi yang bisa dihadapi dengan naiknya data dan turunnya layanan dasar, bisa menurunkan harga layanan," kata dia, di sela diskusi OTT Business on Indonesia Telco Business di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta.
Terkait hubungan bisnis dengan OTT, selama ini memang terdapat tiga pilihan, yaitu mengenakan biaya tertentu kepada OTT karena telah menumpang jaringan operator, bermitra dengan OTT seperti format bisnis yang ada saat ini, atau melawan OTT dengan membuat aplikasi serupa buatan lokal.
"Semua sisi alternatif itu memang saling dilema. Masing-masing ada kelebihan dan kekurangannya," kata Hasnul.
Jikapun ingin mengambil langkah bersaing dengan membangun OTT lokal, menurut Hasnul, kualitas OTT lokal harus berkualitas global.
"Ini harga mati. Kalau mau bagus, ya bagus sekalian," ujarnya.
Konsolidasi Operator
Selama ini pengalaman format bermitra bisnis dengan OTT di berbagai negara saling berbeda. Di Korea Selatan, operator menerapkan opsi tarif untuk OTT, namun format ini tidak diterima di Amerika Serikat dan Swedia.
Dalam kondisi pasar yang mulai jenuh, XL mengeluhkan investasi untuk membangun infrastruktur yang terlalu besar. Hasnul menyebutkan untuk membangun jaringan 3G, pihaknya harus menggelontorkan 70 persen dari kontribusi data saat ini.
"Untuk itu, kami mengusulkan aturan konsolidasi operator. Kami juga memperjuangkan menara bersama," kata dia.
Dengan format network sharing, menurut Hasnul, operator dapat menekan biaya investasi hingga seperempat. "Kalau pendapatan agak tinggi, kami bisa membangun infrastruktur lagi," tutup Hasnul. (ren)