Survei: Big Data Diyakini Naikkan Pendapatan 25%

Logo Hitachi.
Sumber :
  • japantimes.co.jp
VIVAnews -
Survei Big Data Asia Economist Intelligence Unit (EIU) oleh Hitachi Data Systems Corporation (HDS) merilis temuan adopsi big data memberikan dampak positif bagi perkembangan perusahaan.


Big data merupakan terobosan baru dalam pengelolaan informasi. Semua data yang belum diolah dan dianalisis menggunakan
tools
yang umum digunakan saat ini disebut juga dengan Big data. Sifatnya mentah. Ada yang tidak terstruktur, ada pula yang semi terstruktur.


Survei menyebutkan, separuh dari perusahaan di Asia Pasifik meyakini optimalisasi big data dapat meningkatkan pendapatan perusahaan setidaknya sampai 25 persen atau bahkan lebih.


Demikian salah satu hasil survei HDS yang dirilis, Jumat 6 Desember 2013. Anak perusahaan Hitachi Ltd itu memproyeksikan kenaikan potensial pendapatan 500 lebih perusahaan di Asia Pasifik bisa mencapai US$250 miliar, setara Rp2.980 triliun, jika mengoptimalkan big data.


PAPDI Rilis Jadwal Imunisasi Terbaru 2024
Hasil survei menunjukkan sepertiga perusahaan yang disurvei mengakui lebih maju dengan baik. "80 Persen karyawan mengatakan mereka percaya memperbaiki akses ke data adalah sangat penting," ujar survei itu.

5 Fakta Menarik Usai Indonesia U-23 Dikalahkan Uzbekistan U-23

Lebih dari 70 persen responden mengatakan big data dapat memberikan keuntungan dalam produktivitas, profitabilitas, dan inovasi. Kendati demikian, memang diakui adopsi strategi big data di Indonesia memang terbilang lambat.
Reaksi Kesal Justin Hubner Terhadap Sosok Wasit Shen Yinhao


Salah satu penghambatnya adalah problem komunikasi internal dan pembagian informasi yang lemah dan kurangnya pelatihan
skill in-house
dan
software
.


Dari segi perusahaan, saat ini industri telekomunikasi adalah yang terbesar menggunakan big data mengingat jumlah pelanggannya sangatbesar, yakni 67 persen, disusul makanan dan pakaian (57 persen) dan jasa keuangan (52 persen).


Sedangkan, saat ini lebih dari 60 persen bidang jasa keuangan dan industri makanan dan pakaian belum mengadopsi big data. Adopsi bidang kesehatan dan ilmu pengetahuan alam juga masih tertinggal jauh di belakang, 72 persen dari mereka bahkan belum mengenal big data.


"Mengambil keuntungan dari big data bukan semata-mata tentang teknologi informasi tetapi merupakan praktik bisnis yang sehat," kata Neville Vincent, Senior Vice President dan General Manager HDS Asia Pasifik.


Survei ini telah mewawacarai dan melibatkan lebih dari 500 eksekutif perusahaan di Asia Pasifik.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya